GridHEALTH.id - Pada Senin (22/6/2020) kemarin, Brasil melaporkan kasus kematian akibat virus corona sebanyak 748 kasus.
Dengan demikian sampai dengan artikel ini tayang, total kasus kematian akibat virus corona di Brasil hingga kini mencapai lebih dari 50.000 kasus, atau tepatnya 51.407 kasus.
Baca Juga: Update Covid-19; 10 Negara Tertinggi Kasus Positif Virus Corona di Dunia
Sementara itu, sebanyak 24.358 kasus baru telah dilaporkan pada Senin (22/6/2020) kemarin, sehingga total kasus positif virus corona di Brasil mencapai 1.111.348.
Dari jumlah-jumlah itu, maka Brasil kini tercatat sebagai negara dengan kasus positif virus corona dan kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi kedua di dunia.
Sejauh ini, keputusan Presiden Jair Bolsonaro untuk menentang penutupan dan fokus pada ekonomi diduga menjadi pemicu negara tersebut mengalami kasus virus corona tertinggi kedua di dunia.
Bahkan akibat pertentangan itu, dua menteri kesehatan telah meninggalkan jabatan mereka saat angka kematian dan kasus infeksi kian melonjak.
Dilansir dari BBC, warga di Brasil tampak melakukan aksi demokrasi di luar gedung Kongres dan Mahkamah Agung. Mereka melakukan hal tersebut lantaran meminta Presiden Bolsonaro untuk lengser dari jabatannya.
"[Kami di sini] untuk membela demokrasi dan meminta Bolsonaro untuk pergi. Presiden ini yang merebut kekuasaan rakyat dan hari ini melakukan kekejaman. Ia tidak pantas memerintah kami negara." Kata Nilva Aparecida, salah seorang pengunjuk rasa anti-Bolsonaro, mengatakan kepada AFP.
Rupanya, pertemuan besar juga terjadi di São Paulo dan Rio de Janeiro.
Penentang Presiden Bolsonaro juga menyerukan agar dia dimakzulkan di tengah krisis politik yang berkembang. Dia sedang diselidiki karena diduga berusaha mengganggu polisi karena motif politik, yang dia bantah, sementara Mahkamah Agung melakukan dua penyelidikan terpisah ke sekutunya.
Baca Juga: Potret Mengerikan Pemakaman Massal di Sao Paulo Brazil, Negara Dengan Angka Kematian Covid-19 Tinggi
Pendukung Presiden Bolsonaro mengatakan Kongres dan Mahkamah Agung berusaha untuk mengekang kekuasaannya.
Bolsonaro secara terbuka tidak setuju dengan saran dari kementerian kesehatannya sendiri, dengan alasan bahwa dampak ekonomi dari penguncian akan lebih merugikan daripada dampak kesehatan dari virus itu sendiri, dan ia tetap mendapat dukungan kuat dari para pendukungnya.
Sementara itu, beberapa negara bagian dan kota telah mengadopsi tindakan mereka sendiri. Setelah berbulan-bulan pembatasan, beberapa negara secara perlahan mengangkat tindakan tersebut, meskipun tingkat infeksi masih tetap tinggi.
Berbeda dengan Presiden Brasil yang cenderung menganggap wabah virus corona sebagai sesuatu yang sedikit dingin.
Baca Juga: Gerak Cepat, Beijing Terus Memperluas Cakupan Tes Asam Nukleat hingga 1 Juta Orang per Hari
Bahkan ketika infeksi melonjak dan angka kematian meningkat, Jair Bolsonaro mengatakan "Aku bukan penggali kubur," pada bulan April ketika dia ditanyai tentang angka-angka.
Tak hanya itu, sepekan kemudian, ketika ditanyai lagi, dia menjawab, "Aku bukan pekerja ajaib."
Bahkan angka-angka terakhir yang kian meningkat ini tidak mendorong presiden untuk mengubah arah.
Dia mengatakan sedikit tentang mereka yang telah kehilangan nyawa mereka. Sebaliknya, ia terus mengulangi pesan bahwa Brasil tidak bisa berhenti, ekonomi harus dibuka kembali dan negara harus kembali normal.
Padahal tidak ada yang normal ketika ada lebih dari satu juta infeksi dan 50.000 orang yang meninggal.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | afp,BBC |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar