GridHEALTH.id - Bulan Ini 3 Tahun Lalu Artis Cantik Yana Zein Wafat, Pengaruh Kosmetik Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Payudara
Kanker payudara adalah momok besar bagi perempuan. Yana Zein meningal dunia karena kanker payudara yang bisa disebabkan oleh kosmetika.
Ya, kosmetika sangat dekat dengan dunia perempuan.
Baca Juga: Viral Masker Emas 24 Karat di India, Meski Harganya Puluhan Juta Tapi Tak Bisa Cegah Virus Corona
Bisa diibaratkan, tidak ada kosmetik jika tidak ada perempuan.
Tapi tahukah, ternyata kosmetik bisa membawa pengaruh pada datangnya kanker payudara.
Tentu kita masih ingat berita almarhum pesinetron Yana Zein meninggal dunia di RS Mayapada karena kanker payudara.
Apa yang menimpa almarhum pelajaran berharga bagi semua wanita.
Karenanya, perempuan sebaiknya lebih selektif dalam memilih perlengkapan sehari-hari jika tidak ingin terkena kanker payudara.
Baca Juga: Mengerikan, Pesepak Bola U-16 Ini Tersambar Petir Saat Latihan Bersama Klub
Khususnya jika perlengkapan tersebut mengandung zat penyebab kanker payudara seperti yang akan dipaparkan berikut ini, seperti dilansir dari Intisari.id (8 Juli 2020):
1. Bisphenol-A (BPA)
Meski dianggap sebagai salah satu zat yang mengerikan karena mampu merusak hormon, nyatanya BPS mudah ditemukan di beragam perlengkapan terutama yang terbuat dari plastik.
Penelitian menemukan bahwa BPA menyebabkan proses pubertas terjadi terlalu dini, sebuah kondisi yang dapat menyebabkan kanker payudara.
Baca Juga: Anggap Enteng Pandemi, Presiden Brazil Tiba-tiba Alami Gejala Covid-19, Lakukan Test dan Rontgen
Baca Juga: Gula Perusak Kecukupan Gizi Anak Indonesia, Jangan Salah Pilih Susu di Masa Pandemi Covid-19
Hindarilah zat ini dengan memilih perlengkapan dari stainless steel atau yang diberi label “BPA-free”.
2. Phthalate
Zat penyebab kanker payudara berikutnya adalah Phthalate.
Pewangi udara, kosmetika, deterjen, dan produk pembersih merupakan beberapa perlengkapan yang kerap menggunakan zat ini.
Hindari Phthalate dengan membeli perlengkapan yang bertuliskan “Phthalate-free”.
Hindari pula pengharum sintetis atau produk berbahan vinyl.
3. Paraben
Lotion, krim, deodoran dan beberapa kosmetika lainnya merupakan produk-produk yang biasanya menggunakan Paraben sebagai bahan pengawet.
Baca Juga: Geger Bansos Covid-19 Ternyata Isinya Narkoba, Polisi Tekerjut
Jika zat lain dapat dihindari dengan label “free”, lain halnya dengan Paraben.
Pembeli harus jeli melihat kemasan produk, sedikit saja ada kata Paraben seperti pada “methylparaben”, maka produk tersebut wajib di-blacklist dari produk yang akan dibeli.
Terapi Hormon Tingkatkan Risiko Kanker Payudara
Menggunakan hormon untuk mengobati menopause dianggap meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara, namun risiko ini tidak sama pada semua wanita, demikian temuan sebuah penelitian baru.
Peningkatan risiko ini bervariasi tergantung pada ras, indeks massa tubuh (IMT), dan kepadatan payudara.
Para peneliti melihat hampir 1,65 juta wanita menopause pada usia 45 tahun dan wanita tua, menemukan bahwa wanita yang lebih ramping, serta wanita dengan payudara lebih padat, lebih mungkin mengalami efek merugikan dari terapi penggantian hormon pada risiko kanker payudara mereka.
Di antara wanita kurus dan berat badan normal (dilihat dari IMT) dalam penelitian ini, mereka yang menggunakan terapi hormon memiliki 35 persen peningkatan risiko kanker payudara dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan terapi hormon.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Yuk Ketahui 3 Cara Memilih Hewan Kurban yang Tepat!
Bagi wanita obesitas, risiko kanker payudara tampaknya tidak akan terpengaruh oleh penggunaan hormon.
Di antara wanita dengan payudara yang sangat padat, mereka yang mengambil terapi hormon mengalami 40 persen peningkatan risiko kanker payudara dibandingkan mereka yang tidak mengambil terapi hormon, demikian menurut penelitian ini.
Kepadatan payudara tinggi berarti payudara terdiri dari jaringan ikat lebih, relatif terhadap jumlah jaringan lemak.
Efek dari terapi hormon muncul bergantung pada ras.
Pada kalangan wanita kulit putih dan Hispanik dalam penelitian ini yang menggunakan terapi hormon lebih dari 20 persennya mengalami peningkatan risiko kanker payudara, dibandingkan dengan yang tidak mengambil terapi hormon.
Namun terapi hormon ini tidak meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita kulit hitam.
Wanita kulit hitam, wanita gemuk, dan wanita dengan jaringan payudara yang sebagian besarnya terdiri dari lemak, dapat mengambil manfaat dari penggunaan terapi hormon dengan risiko kanker payudara lebih minimal, demikian tulis para peneliti di University of Chicago, dalam Journal of National Cancer Institute.
Sejalan dengan temuan sebelumnya, ditemukan adanya hubungan antara penggunaan terapi hormon dengan risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara.
Baca Juga: Tak Ingin Covid-19 Makin Mewabah, Surabaya Siap Berlakukan Jam Malam
Baca Juga: Kejadian Unik, Alat KB Milik Sang Ibu Dipegang Bayi Saat Lahir
Rata-rata 578 dari 10.000 wanita yang menggunakan terapi hormon mengembangkan kanker payudara, dibandingkan dengan 546 dari 10.000 wanita yang tidak menggunakan terapi hormon.
Sayangnya, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Misalnya, penelitian ini tidak melihat jenis terapi hormon wanita yang digunakan, serta untuk berapa lama pemakaian.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar