Ribut-ribut Harga Rapid Test Tak Sesuai Arahan Kemenkes, Ahli Pandemi UI: 'Gak Usah Tes, Gak Ada Gunanya'

Dengan kata lain, jika Kemenkes menetapkan tarif maksimal rapid test Rp 150.000, kata Slamet, rumah sakit (RS) harus menutupi kekurangan biaya untuk komponen lainnya. 

"Harusnya yang dilakukan oleh Kemenkes adalah mengatur harga eceran tertinggi rapid test, bukan tarif pelayanan," ujar Slamet.

 

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

 

Salam sehat. Selama berbulan-bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersikeras bahwa Covid-19 ditularkan melalui tetesan yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin. Tetesan itu yang tidak melekat di udara, melainkan jatuh ke permukaan, oleh karenanya mencuci tangan telah diidentifikasi sebagai langkah pencegahan utama. Kendati demikian, sebanyak 239 ilmuwan dari 32 negara tidak setuju anggapan tersebut. Selengkapnya klik link di bio. #BerbagiCerita #HadapiCorona #GridHealthID #GridNetwork #infokesehatan #healthinfo #worldhealth #viruscorona #coronavirus #Covid19 #penularanCovid19 #penularanviruscorona #WHO #pandemi #pandemic #virus #virustransmission #penularan

Sebuah kiriman dibagikan oleh GridHEALTH (@gridhealth_id) pada 9 Jul 2020 jam 3:00 PDT

 

Di kesempatan lain, ahli wabah (epidemiolog) Universitas Indonesia Pandu Riono mengkritik masih diterapkannya rapid test di tengah pandemi corona. Menurut dia, rapid test tidak ada gunanya untuk menekan pandemi. 

"Rapid test itu enggak ada gunanya. Jadi menurut serologi saja bisa, tapi untuk deteksi orang yang bawa virus enggak ada gunanya," kata Pandu di Jakarta, Kamis (09/07/20). 

Menurut Pandu, rapid test hanya akal-akalan pemerintah. Meski harga sudah dibatasi paling mahal Rp 150 ribu, tapi fakta di lapangan berbeda. 

"Orang itu ngakal-ngakalin, tesnya Rp 150 ribu, pelayanannya Rp 50 ribu, suratnya Rp 50 ribu. Jadi akhirnya Rp 300 ribu lebih," tutur Pandu. 

Baca Juga: Donald Trump Kembali Berulah, Kasus Covid-19 Tembus 3 Juta Tapi Ngotot Sekolah Wajib Buka Bulan Depan

Baca Juga: Gejala Trigliserida Tinggi yang Perlu Diwaspadai, Dari Muncul Benjolan Kuning Hingga Hilang Ingatan

Apalagi, lanjut Pandu, hasil rapid test dijadikan syarat untuk bepergian menggunakan transportasi umum. Anggapan adanya komersialisasi makin kuat. 

PROMOTED CONTENT