GridHEALTH.id - Situasi virus corona di Hong Kong saat ini dinilai "sangat kritis".
Hal itu terjadi lantaran Hong Kong melaporkan kasus virus corona mencapai lebih dari 100 infeksi baru pada hari Minggu (19/7/2020).
Beberapa waktu lalu, Hong Kong sempat dianggap sebagai salah satu negara yang berhasil dalam menekan kasus Covid-19 di negara kota berpenduduk 7,5 juta orang, tetapi beban kasusnya telah tumbuh sepertiga di dua minggu terakhir hampir 1.800.
Baca Juga: Waspada Gelombang Ketiga, Hong Kong Kembali Memperketat Jarak Sosial Ketika 'Kritis' Menghantam Kota
Dilaporkan The Guardian, sebagai salah satu upaya, pemimpin wilayah itu, Carrie Lam telah menutup bar, gym, dan klub malam dalam seminggu terakhir.
Pada hari Minggu mengumumkan pedoman baru termasuk wajib mengenakan masker di dalam ruangan.
"Saya pikir situasinya benar-benar kritis dan tidak ada tanda bahwa situasi sedang dikendalikan," katanya kepada wartawan, seperti dikutip dari The Guardian.
Bahkan, agar warganya tertib dan disiplin mengenakan masker, otoritas Hong Kong juga memberlakukan denda bagi warganya yang melanggar.
Tak main-main, bagi mereka yang melanggar akan dikenakan denda $645 atau sekitar 9,4 juta.
Seperti diketahui, belakangan ini Hong Kong berada di dalam ketakutan gelombang ketiga virus corona bisa lebih buruk daripada dua gelombang sebelumnya.
Baca Juga: Amerika Serikat Kritis Covid-19, Kematian Capai 100 Ribu Jiwa, Donald Trump Kukuh Buka Lockdown
Hal itu sebagaimana disampaikan Presiden Asosiasi Dokter Umum Hong Kong, Dr. Arisina Ma, mengatakan kepada ABC News, beberapa waktu lalu.
Dr. Arisina Ma mengatakan baru-baru ini wabah virus corona di Hong Kong lebih serius daripada wabah pada bulan Maret atau April.
Baca Juga: Melanggar Aturan PSBB Transisi, Diancam Bayar Denda hingga Rp25 Juta
Sebab, sebagian besar kasus saat ini ditransmisikan secara lokal dan tidak dapat ditelusuri kembali ke pertemuan atau acara kelompok tunggal.
"Kami menemukan bahwa saat ini semakin banyak kasus tersebar di berbagai bagian Hong Kong dan mereka tidak memiliki sumber yang dapat diidentifikasi," kata Dr. Arisina Ma, seperti dikutip dari ABC News, Rabu (16/7/2020).
Serupa dengan Hong kong, Melbourne, juga dianggap sedang dalam perjalanan untuk memberantas virus sebulan yang lalu, namun sejak itu telah mengembalikan penutupan penuh sebagai tanggapan terhadap peningkatan infeksi harian.
Pada hari Minggu, perdana menteri negara bagian, Daniel Andrews, mengatakan semua orang di kota terbesar kedua di Australia serta daerah yang berdekatan harus mengenakan masker atau penutup wajah mulai pukul 11.59 malam.
Ini adalah pertama kalinya masker dibuat wajib di negara ini, bahkan bagi warga yang tidak patuh dikenakan dendam A $ 200 (US $ 111) atau sekitar 1,6 juta rupiah.
"Kita akan mengenakan masker di Victoria dan berpotensi di bagian lain negara untuk waktu yang sangat lama," katanya.
Baca Juga: Corona Menyebar di Udara, Perlukah Penggunaan Face Shield Dilengkapi dengan Masker?
"Tidak ada vaksin untuk virus menular yang liar ini," katanya.
"Masker adalah "hal yang sederhana, tetapi ini tentang mengubah kebiasaan, ini tentang menjadi bagian sederhana dari rutinitas Anda" ujar dia.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar