Hal itu akan menjadi berbahaya bila salah satu pelaku tidak sehat atau mengidap penyakit menular seksual, kata Wimpie.
"Hanya saja yang membuat kita merasa aneh adalah kenapa mereka melakukannya dalam bentuk tukar pasangan dan dalam satu komunitas tersendiri," ujarnya.
Sementara, ditilik dari sisi psikologis, Wimpie mengatakan, apabila suami istri telah sepakat melakukan praktik tukar pasangan maka tidak ada masalah yang akan ditimbulkan.
"Artinya mereka kalau sudah masuk dalam komunitas itu, berarti secara mental mereka sepakat," ungkap seksolog yang tergabung dalam Asosiasi Seksologi Indonesia itu.
"Mungkin sudah tidak ada rasa cemburu, yang mungkin tidak semua orang bisa melakukan itu," lanjutnya.
Meski praktik tukar pasangan bisa jadi tak akan menimbulkan risiko kesehatan jika dilakukan dengan aturan tertentu, Wimpie mengatakan, praktik tersebut secara moral tentu tidak dibenarkan, terutama bila dilihat dari sisi agama.
"Kalau secara moral umum kan enggak benar. Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan agama," ujar Wimpie.
Mereka yang sudah terbiasa melakukan hal itu, akan menganggap bahwa aktivitas tersebut biasa saja dan tidak melanggar apa pun.
Baca Juga: Selalu Merasa Haus? Gangguan Kesehatan Ini Bisa Menjadi Penyebab
Baca Juga: Menginginkan Bayi Aman Tidur Dengan Orangtua? Ini Syarat-syaratnya
"Kalau bagi mereka tidak apa-apa. Tapi kenapa mereka melakukannya, itu yang patut ditanyakan," Wimpie menegaskan. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Medical News Today,Gridhealth.id,gelora.co.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar