GridHEALTH.id - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengakui bahwa pemerintah Indonesia memang terlihat gamang dalam menangani pandemi virus corona (Covid-19).
Menurut Mahfud hal itu dapat terlihat dari berulang kalinya pemerintah mengubah kebijakan terkait penaganan pandemi.
"Memang tampak gamang," kata Mahfud secara virtual saat menghadiri rilis survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) tentang kondisi demokrasi Indonesia di masa Covid-19, Minggu (23/8/2020).
Meski demikian, Mahfud mengatakan perubahan tersebut diambil karena perkembangan wabah juga terus berubah.
Baca Juga: Dijanjikan Selesai Pertengahan Tahun 2021, Vaksin Merah Putih Akan Diproduksi Massal Tahun 2022
Baca Juga: Usai Cium Tangan Guru Ngaji, 9 Warga di Tangerang Positif Covid-19
"Watak Covid-19 itu memang setiap hari berubah beritanya. Sehingga kalau pemerintah tampak selalu berubah-ubah, apa enggak pakai data? Pakai, pakai data," tuturnya.
Mahfud juga berujar, kebijakan pemerintah terkait penanganan virus corona seringkali berubah justru karena pembuatannya dilakukan berdasar data.
Baca Juga: Seolah Bersaing dengan Meningkatnya Kasus Covid-19, Cerai Masal Sehari Tembus 150 Gugatan
Misalnya, saat hendak menerapkan new normal, pemerintah mempertimbangkan empat data terkait Covid-19.
Data yang digunakan adalah milik Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Baca Juga: Belum Lama Klaim Ciptakan Kalung Antivirus , Kini Kantor Kementan Lockdown Karena Covid-19
Selain itu, Mahfud mengatakan, pemerintah tampak gamang karena sikap masyarakat terhadap pandemi Covid-19 juga berbeda-beda.
Seperti dalam menyikapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) misalnya, ada yang menilai hal itu penting, ada pula yang sebaliknya.
Di awal masa pandemi, ada dokter yang mengatakan bahwa Covid-19 penyakit biasa, ada pula yang mengatakan berbahaya.
"Jadi kalau tampak gamang pemerintahnya itu ya wajar saja. Tapi keputusannya tetap berdasar data," ujar Mahfud.
Mahfud pun mengklaim bahwa pemerintah tak pernah asal-asalan dalam menangani pandemi Covid-19.
Baca Juga: Fakta Lain Penularan Virus Corona dari China yang Sudah Bebas Masker, dan Boleh Party
Di awal masa pandemi, rapat kabinet digelar sangat intensif setiap hari, bahkan dua hingga tiga kali dalam sehari.
Sementara itu, diketahui kasus penyebaran virus corona di tanah air terus bertambah setiap harinya.
Hingga Senin 24 Agustus 2020, pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 155.412 kasus.
Baca Juga: Pengangkatan 17 Anggota KKI Menkes Terawan DInilai Mengecewakan, IDI Minta Audiensi Dengan Jokowi
Dari jumlah tersebut 37.593 pasien diantranya dalam perawatan, 111.060 kasus sembuh, dan 6.759 orang meninggal. Sementara 76.745 pasien dalam kategori suspek.
Jumlah tersebut berdasarkan data yang masuk ke pemerintah pusat hingga Senin siang, baik melalui tes real time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) maupun Tes Cepat Molekuler (TCM).(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,covid19.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar