GridHEALTH.id - Di masa pandemi virus corona (Covid-19), hand sanitizer menjadi salah satu produk kebersihan yang sering digunakan oleh masyarakat.
Hand sanitizer juga dapat meminimalisir kontaminasi virus atau bakteri yang bisa saja hinggap di tangan.
Meski demikian, para ahli mengingatkan bahaya akan penggunaan sanitizer ini bagi anak-anak.
Sebab jika penggunaan hand sanitizer tidak sebagaimana mestinya dapat memicu berbagai hal yang membahayakan.
Seperti yang terjadi di Thailand, dimana seorang bocah 3 tahun bernama Captain Chuenbubpha harus dilarikan ke rumah sakit setempat usai mengalami luka bakar akibat hand sanitizer.
Baca Juga: Beri Pesan Lewat Video, Pengusaha Erwin Aksa Positif Virus Corona
Dilansir dari Daily Mirror, Selasa (1/9/2020), kejadian ini terjadi saat Captain dan kakaknya, dan Nonoe (5) ingin berangkat ke sekolah di Samut Prakan, 26 Agustus lalu.
Awalnya Captain sedang bercanda bersama sang kakak. Ia kemudian mengambil hand sanitizer dan mengoleskan ke lengan dan tangan, sebelum terciprat ke seragamnya.
Kemudian Captain menyemprot hand sanitizer ke Nonoe. Nonoe balik bercanda dengan menyiramkan pembersih tangan itu ke adiknya.
Tetapi, dua anak itu kemudian mengambil korek yang terletak di laci kamar tidur orangtua mereka, Nonoe lalu menyalakannya.
Baju seragam Captain yang sebelumnya terkena hand sanitizer, langsung terbakar dalam beberapa detik dan berteriak kesakitan.
Sang paman, Thanwa Chuenbubpha, yang saat itu sedang sarapan di ruangan bawah segera pergi ke atas begitu mendengar jeritan Captain.
Pemuda 26 tahun itu mengungkapkan, dia begitu terkejut dan tak tahu harus berbuat apa saat leher, dada, dan lengan keponakannya terbakar.
"Saya segera berlari begitu mendengar mereka menangis. Saya melakukan apa yang saya bisa sebelum anak itu terbakar lebih lanjut," ujar Thanwa.
Baca Juga: Pasien Sembuh Covid-19 Meningkat Drastis, Jokowi Mengaku Senang; 'Patut Disyukuri'
Dia menuturkan berusaha memadamkan api menggunakan tangan kosong sebelum berhasil merobek seragam Captain dan melemparkannya.
"Saya berusaha menahan agar apinya tidak cepat menyebar. Apinya kemudian mati dengan cepat, tetapi keponakan saya menderita luka bakar," kata dia.
Media Thailand melaporkan, Captain segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dia menderita luka bakar ringan dan pulang setelah dirawat selama satu malam.
Baca Juga: Mandi Sinar Matahari Tingkatkan Imunitas, Enyahkan Virus dan Bakteri, Sumber Energi Gratis
Diketahui, penderita luka bakar apa pun penyebabnya, setidaknya punya waktu 30 menit untuk mendapat pertolongan dokter.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Unit Luka Bakar Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo Aditya Wardhana, mengatakan pertolongan penderita luka bakar ditentukan dari menit ke menit.
Dalam tempo kurang dari setengah jam, penderita harus mendapat cairan infus karena penguapan pada luka bakar akan sangat besar. Potensi korban terinfeksi penyakit lain juga sangat besar.
Baca Juga: Fakta Ilmiah Membuktikan Perempuan Lebih Kuat dari Pria Melawan Covid-19
Faktor lain yang bisa memicu kematian korban adalah luasan dan kedalaman luka bakar, ada tidaknya gangguan pernapasan, serta faktor penyerta lain.
Jika luka bakar yang terjadi lebih dari 30% dari seluruh permukaan tubuh, itu sudah termasuk kritis.
Kedalaman luka dapat memengaruhi fungsi organ tubuh bagian dalam.
Baca Juga: Minta Masyarakat Merasa Aman, Jokowi: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Masih Relatif Terkendali
Luka bakar yang dalam akan memicu munculnya racun yang menjalar secara sistemik dan tak bisa dicegah.
Racun itu dapat menempel pada organ dalam tubuh sehingga membuat fungsi organ turun dan memunculkan kegagalan fungsi multiorgan. Kejadian ini dapat membunuh korban.
Faktor penyerta lain yang bisa memicu parahnya luka bakar, antara lain usia lanjut lebih dari 50 tahun, usia kurang dari lima tahun, serta adanya berbagai penyakit bawaan, seperti asma, jantung, dan diabetes.(*)
Baca Juga: Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Anak-anak Obesitas Wajib Berjemur di Pagi Hari
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Kompas TV,UNICEF |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar