GridHEALTH.id - Berpulangnya pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama meninggalkan duka yang dalam bagi insan pers dan seluruh karyawananya di tanah air.
Pasalnya almarhum tidak hanya dikenal sebagai jurnalis senior saja, tapi juga sosok guru bagi jurnalis-jurnalis muda di Indonesia.
Diketahui usaha kerasnya bersama rekan sejawat PK Ojong dalam membangun salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia tersebut telah menginspirasi banyak pihak untuk mengikuti jejaknya itu.
Tak hanya kelihaiannya dalam memainkan pena dan berbisnis, tapi juga gaya hidupnya pun sangat menginspirasi.
Sebab meski sudah berusia senja sosok Jakon Oetama masih terlihat bugar sebelum akhirnya kondisinya semakin menurun, dan akhirnya meninggal dunia pada Rabu, 9 September 2020 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13:05 WIB dalam usia 88 tahun.
Dilansir dari Kompas.com, Jakob Oetama kerap mengajarkan rasa syukur dan kebersamaan dalam meraih keberhasilan.
"Kunci keberhasilan adalah rasa syukur, totalitas dalam bekerja, serta kebersamaan dan saling peduli. Kita berikan yang terbaik, kita bersama, kita maju," ujar Jakob dalam sebuah tayangan video yang ditampilkan di acaar hari ulangtahunnya yang ke-85 tahun, Rabu (27/9/2016).
Jakob menuturkan, ketika seseorang semakin bersyukur, maka orang tersebut semakin rendah hati.
Jika ditilik dari sisi medis, faktanya bersyukur memang bisa mengubah pandangan kita secara luas.
Baca Juga: Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Hampir Penuh, Pemprov DKI Tambah 800 Tempat Tidur untuk Pasien Corona
Director of Center for Functional Medicine, Maek Hyman, MD melalui laman Cleveland Clinic, menyampaikan, banyak studi menunjukkan bahwa bersyukur akan membuat kita menerima diri sendiri dan apa yang kita miliki.
Tak hanya itu, bersyukur bisa meningkatkan kualitas hidup kita dengan mengurangi depresi dan kecemasan, menurunkan risiko penyakit, serta memenuhi otak dengan serotonin, hormon yang membuat kita merasa bahagia.
Baca Juga: Jangan Salah, Aturan Rapid Test Untuk Perjalanan Masih Berlaku
Tentunya saat seseorang merasa bahagia, maka hidupnya akan jauh lebih sehat.
Selain bersyukur, Jakob Oetama juga mengatakan, setiap orang harus terus maju dan berkembang, berkompetisi secara sehat, serta memberikan yang terbaik.
Jakob Oetama menyebutkan, setiap tantangan harus direspons dengan kerja tim.
Baca Juga: Hari Olahraga Nasional 9 September, Dokter Reisa Beri Saran Olahraga selama Pandemi Covid-19
Menghadapi tantangan tersebut merupakan makna hidup.
"Jika ingin kita maju, tidak ada pilihan selain harus bekerja keras," ucap Jakob Oetama.
Karier Jakob Oetama di dunia jurnalistik bermula dari pekerjaan barunya sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta. Pada 1963, bersama rekan terbaiknya, Almarhum Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia.
Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965.
Hingga lebih dari setengah abad kemudian Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri, Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan. Baginya, “Wartawan adalah Profesi, tetapi Pengusaha karena Keberuntungan.”
Baca Juga: Uji Klinis Vaksin covid-19 Asal Inggris Ditunda Setelah Seorang Relawan Sakit Setelah Disuntik
Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Baginya, seluruh karyawan Kompas Gramedia adalah kesatuan keluarga. Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya. A
lmarhum berpegang teguh pada nilai Humanisme Transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.
Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
“Bapak Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia.
Beliau sekaligus teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia.
Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya,” kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Cleve Clinic |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar