Dilansir dari Cleveland Clinic Journal of Medicine, diabetes gestasional diduga timbul karena banyak perubahan seperti hormonal dan lainnya, yang terjadi selama kehamilan sehingga memengaruhi beberapa ibu hamil untuk menjadi resistensi terhadap insulin.
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh sel-sel khusus di pankreas yang memungkinkan tubuh secara efektif memetabolisme glukosa untuk penggunaan nanti sebagai bahan bakar (energi).
Ketika kadar insulin rendah, atau tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin, kadar glukosa darah naik.
Di Indonesia kasus diabetes gestasional terjadi pada sekitar 1,9-3,6% perempuan hamil. Sekitar 40-60% perempuan yang pernah mengalami diabetes gestasional berlanjut menjadi diabetes melitus atau gangguan toleransi glukosa.
Melalui serangkaian pemeriksaan, dokter akan menentukan apakah ibu hamil ini perlu mendapatkan terapi insulin atau cukup dengan pengaturan pola makan saja.
Yang jelas, diabetes gestasional harus ditangani karena meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeklamsia) serta memicu terjadinya kelahiran prematur.
Baca Juga: Nyeri di Payudara, Benarkah Tanda Awal Kanker Payudara? Ini Faktanya
Baca Juga: Tidak Ada Tanda-tanda Melambat, Kasus Global Covid-19 Lampaui 30 Juta, Dengan Kematian Dekati 1 Juta
Bayi yang lahir dari ibu dengan gangguan gula darah ini cenderung memiliki tubuh berukuran besar atau bisa disebut dengan makrosomia.
Source | : | American Pregnancy Association,nakita.grid.id,Cleveland Clinic |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar