Padahal menurut dokter spesialis onkologi, Dr Walta Gautama, Sp.B(K) Onk yang praktik di RS Dharmais, mengonsumsi obat herbal untuk menyembuhkan kanker bisa mengakibatkan seseorang menunda penanganan kanker yang harusnya ditangani dengan cepat.
“Orang sakit kanker beda dengan orang sakit jantung ataupun penyakit lain. Orang sakit kanker kalau stadium tambah, angka harapan sembuh makin kecil, pengobatan makin komplek,” tuturnya seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (16/08/2019).
Ia mengiimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan tak mudah percaya dengan obat-obatan herbal yang diklaim bisa menyembuhkan kanker.
“Kalau terjadi delay pengobatan. Misal harusnya stadium 2 tetapi dia datang tapi terlambat pertanyaannya siapa yang akan bertanggung jawab? Yang terima nasib kan pasiennya,” lanjut Walta.
Menurutnya, obat herbal itu masuk ke dalam complimentary medicine, atau pengobatan penunjang, sehingga mereka belum bisa digolongkan sebagai obat kanker.
Lebih lanjut, ia menyebut, obat kanker harus melalui penelitian dengan berbagai fase.
Mulai uji laboratorium, percobaan terhadap hewan hingga manusia atau uji klinis.
Baca Juga: Bus Bisa Jadi Klaster Baru, Ini Bukti Penyebaran Covid-19 Terjadi di Dalam Bus Ber-AC
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar