Pada pedoman baru yang dirilis hari Senin, CDC mengatakan ada bukti bahwa orang yang menderita COVID-19 bisa menginfeksi orang lain yang berjarak lebih dari 2 meter darinya, di dalam ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk.
Dalam keadaan seperti itu, CDC mengatakan bahwa para ilmuwan yakin droplets (tetesan) atau aerosol yang keluar dari penderita akan mampu terkonsentrasi dan cukup untuk menyebarkan virus.
Sekelompok ilmuwan AS memperingatkan dalam surat terbuka pada hari Senin bahwa aerosol yang tertinggal di udara dapat menjadi sumber utama penularan COVID-19.
"Pada kenyataannya, penularan melalui udara adalah cara utama penularan terjadi dalam jarak dekat dengan kontak yang lama," ungkap para peneliti seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Janji Hadi Pranoto Usai Bertemu Dokter Tirta, Bagikan Masker Hingga Herbal Gratis Buat Warga DKI
Virus dalam aerosol dapat tetap di udara selama beberapa detik hingga berjam-jam, melakukan perjalanan lebih dari dua meter dan terakumulasi di udara dalam ruangan yang berventilasi buruk.
Para ilmuwan meyakini bahwa saat ini sudah saatnya untuk fokus pada perlindungan terhadap penularan dari udara karena para penderita mampu melepaskan ribuan aerosol yang sarat virus.(*)
Baca Juga: Perut Kencang saat Hamil Muda? Jangan Panik Dulu, Bisa Jadi 4 Hal Ini Penyebabnya
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Riset terbaru: Masker tidak mempengaruhi paru-paru, virus hidup di kulit selama 9 jam" dan "Panduan baru CDC: Virus corona bisa bertahan dan menyebar di udara"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar