Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.
Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan, gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadiya kanker kolon.
Selain itu, penggunaan minyak goreng berulang kali pakai alias jelantah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan diare.
Penting diingat, minyak goreng dengan pemanasan yang tinggi hingga mencapai suhu 200 derajal Celsius, maka minyak goreng akan teradsorbsi pada makanan.
Baca Juga: Mengapa Doni Monardo Tidak Tertular Covid-19, Meski Sering Berincang Dengan Pejabat Positif Corona?
Sehingga makanan yang digoreng bisa mengandung 5-40 persen minyak.
Hal ini tidak menjadi masalah selama minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak rusak, yaitu sudah lebih dari tiga kali digunakan memasak..
Minyak goreng yang rusak dapat dikenali karena dapat menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan.
Baca Juga: Satgas : 'Penularan Covid-19 Terbaru, 90 Persen Terjadi Saat Makan'
Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan masalah, seperti:
* Rasa gatal pada tenggorokan
* Membuat batuk
* Dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hari dan ginjal
Baca Juga: Satgas : 'Penularan Covid-19 Terbaru, 90 Persen Terjadi Saat Makan'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar