GridHEALTH.id - Dalam beberapa waktu terakhir zona merah virus corona (Covid-19) di Jawa Barat berubah, yang semulanya adalah Kota Depok sekarang justru menjadi Kota Bekasi.
Berdasar data dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, hingga Selasa (3/11/2020) total kasus Covid19 di Bekasi mencapai 6.854 orang.
Jumlah itu terdiri dari 6.442 dinyatakan sembuh, 269 dinyatakan sebagai pasien aktif dan 143 terkonfirmasi meninggal dunia.
Menanggapi hal itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi Dezy Syukrawati menilai bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerjanya sudah mematuhi protokol kesehatan.
Namun, Dezy tak memungkiri bahwa penyebaran Covid-19 di Bekasi masih terus berlangsung.
Menurut Dezy, penyebaran Covid-19 diduga terjadi karena banyak warga luar yang keluar masuk wilayah Kota Bekasi.
Mereka yang keluar masuk dinilai kurang disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga berpotensi membawa virus atau imported case.
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, Bantuan Sosial Covid-19 Akan Terus Berjalan hingga 2021, Ini Jenisnya!
"Nasib (Kota Bekasi) berada di tengah, tidak bisa melarang orang keluar masuk. Kami di tengah, ada kabupaten (Kabupaten Bekasi) ke kita, Bogor ke kita, Jakarta ke kita, Depok ke kita, mereka keluar masuk dengan segala alasan," kata Dezy dilansir Kompas.comi, Rabu (4/11/2020).
Kondisi ini membuat masyarakat Bekasi semakin intens bertemu dengan warga luar yang dianggap berpotensi membawa virus.
Baca Juga: 8 Bulan Pandemi di Indonesia, Mayoritas Warga Asli Papua Tak Percaya Covid-19
Akhirnya, penyebaran virus pun terjadi. Dezy khawatir virus itu akan dibawa ke rumah masing-masing sehingga muncul klaster keluarga di permukiman Bekasi.
"Coba siapa yang pakai masker di rumah kalau anggota keluarga kita tidak ada yang kena (positif Covid-19). Padahal selama sehari kita sudah bertemu dengan siapa saja?" kata Dezy.
Baca Juga: Awas! Mengunyah Permen Karet Perut Jadi Kembung Menggelembung dan Gigi Sensitif
Mengantisipasi hal ini, Pemkot Bekasi mengambil tindakan dengan melakukan swab dan rapid test secara masif.
Baca Juga: Penderita Hipertensi Coba Minum Air Rendaman Mentimun, Tekanan Darah Tinggi Bisa Turun
Ratusan ribu warga sudah melakukan rapid test sejak Maret lalu.
Bahkan, lebih dari 67.000 ribu orang sudah menjalani swab test sejak Maret 2020 hingga 2 November 2020.
Dengan upaya ini, Dezy yakin penyebaran Covid-19 bisa terlacak hingga akhirnya dapat memutus mata rantai penyebaran.
Baca Juga: Bunuh Sisa Virus Corona yang Menempel di Masker Cukup Dengan Deterjen, Ini Kata IDI
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Pikobar.jabarprov.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar