GridHEALTH.id - Beberapa waktu lalu tes antigen mendapat sorotan setelah dinilai lebih efektif dari rapid test antibodi dalam mendeteksi keberadaan virus corona (Covid-19).
Namun yang terbaru, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( FDA) AS memberi peringatan bahwa tes antigen ini juga memiliki kemungkinan hasil positif palsu atau false negatif sama halnya yang dimiliki rapid tes antibodi.
Risiko ini semakin besar apabila tes tersebut tidak digunakan dengan benar.
FDA mengatakan, pihaknya telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.
Dilansir Fox News, Rabu (4/11/2020), FDA memperingatkan bahwa membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu.
Ini juga merujuk pada ketentuan otorisasi EUA antigen yang menetapkan bahwa laboratorium resmi harus mengikuti petunjuk untuk penggunaan terkait administrasi pengujian dan pembacaan hasilnya.
Selain itu, tes antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan juga berisiko memberikan hasil yang salah.
Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Kembali Lebih dari 4 Ribu, Inikah Dampak dari Libur Panjang Pekan Lalu?
Baca Juga: 4 Bahan Alami Ini Membantu Mengatasi Siklus Haid Tidak Teratur
Memproses beberapa spesimen sekaligus juga dapat memengaruhi hasil tes karena mungkin menyulitkan untuk memastikan waktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.
"Berhati-hatilah untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang saat menguji spesimen pasien, yang dapat menyebabkan hasil positif palsu," kata FDA memperingatkan.
"Pembersihan ruangan yang tidak memadai, desinfeksi alat yang tidak memadai, atau penggunaan peralatan medis yang tidak tepat seperti tidak mengganti sarung tangan saat menangani pasien berbeda, dapat meningkatkan risiko kontaminasi silang antara spesimen dengan hasil positif palsu berikutnya."
Baca Juga: Zona Merah Covid-19 Jabar Pindah ke Kota Bekasi, Imported Case Disebut Penyebabnya
FDA juga menyarankan agar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) merekomendasikan protokol pengujian tes antigen di panti jompo dan mempertimbangkan melakukan pengujian ulang untuk mengkonfirmasi hasil dalam waktu 48 jam setelah dinyatakan positif.
“Secara umum, tes antigen tidak sepeka tes molekuler,” tulis FDA.
Baca Juga: Tanpa Minum Obat, 5 Makanan Ini Ampuh Hentikan Diare yang Jadi Masalah Kehamilan Paling Menyeramkan
“Karena potensi penurunan sensitivitas dibandingkan dengan tes molekuler, hasil negatif dari tes antigen mungkin perlu dikonfirmasi dengan tes molekuler sebelum membuat keputusan pengobatan. Hasil negatif dari uji antigen harus dipertimbangkan dalam konteks pengamatan klinis, riwayat pasien, dan informasi epidemiologis."
Sementara itu diketahui sebelumnya kabar gembira diumumkan WHO dimana sebuah tes cepat 15 menit yang mudah dan murah akan segera diluncurkan.
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, Bantuan Sosial Covid-19 Akan Terus Berjalan hingga 2021, Ini Jenisnya!
Mirip dengan tes kehamilan di rumah, tes antigen dinilai lebih baik daripada PCR (polymerase chain reaction) yang butuh waktu lama dan harus dilakukan di laboratorium.
Tes antigen ini disebut-sebut sebagai 'rencana yang dapat mengembalikan hidup kita', ditemukan oleh ahli epidemiologi Harvard, Dr Michael Mina yang menyarankan agar jutaan tes antigen ini disebar ke tempat-tempat yang menjadi hotspot epidemik (episentrum).
Mina percaya, tes antigen yang disebar ke berbagai tempat, terutama negara-negara miskin dan berkembang, merupakan strategi baru untuk mengalahkan virus sebelum vaksin ditemukan.
Untuk diketahui, tidak seperti tes PCR yang menguji genom RNA virus corona, tes antigen menguji bagian protein virus.
PCR sedikit lebih sensitif tetapi PCR sering menemukan RNA potongan virus yang tidak menular meskipun nantinya bisa menularkan.
Baca Juga: Bunuh Sisa Virus Corona yang Menempel di Masker Cukup Dengan Deterjen, Ini Kata IDI
Saat ini, WHO hanya menyetujui untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan sumber daya rendah.
Mina mengingatkan, orang tanpa gejala Covid-19 sering kali memiliki viral load yang mirip dengan orang yang bergejala, dan keduanya dapat menular.(*)
Baca Juga: Penderita Hipertensi Coba Minum Air Rendaman Mentimun, Tekanan Darah Tinggi Bisa Turun
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar