GridHEALTH.id - Bagi masyarakat Indonesia, latah nampaknya menjadi perilaku yang tidak asing lagi.
Dimana seseorang yang latah biasanya menirukan perkataan atau perbuatan orang lain secara berulang-ulang akibat terkejut.
Namun ternyata latah baru ditemukan di budaya dan orang Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia.
Karena itulah, latah dianggap sebagai suatu sindrom khusus kebudayaan.
Sementara itu dilansir dari rarediseases.org, latah yang dalam istilah medis disebut jumping frenchmen of maine disebut sebagai kelainan sangat langka.
Baca Juga: 6 Efek Buruk Gula yang Jadi Alasan Mengapa Perlu Dikurangi Konsumsinya
Baca Juga: Untuk Siapa Jutaan Dosis Vaksin Pesanan Pemerintah yang Sudah Tiba di Tanah Air?
Dimana kondisi ini ditandai dengan reaksi terkejut yang cukup ekstrem dari orang yang mengalaminya.
Reaksi yang ditunjukan pun bisa berlebihan dan tidak biasa.
Mulai dari mengulang kata-kata tertentu (ekolalia), membuat atau meniru gerakan tubuh tertentu (ekopraksia), mengucapkan kata atau frase yang tidak senonoh (koprolalia), hingga mengikuti perintah orang yang mengagetkannya.
Untuk penyebabnya sendiri sampai saat ini belum banyak diketahui.
Baca Juga: Konsumsi Gula Berlebih Bikin Kesehatan Kulit Terganggu, Picu Penuaan Dini
Namun beberapa penelitian mengaitkan kondisi latah ini dengan kelainan neuropsikiatrik atau gangguan saraf.
Sampai sekarang pun belum ada obat atau terapi yang terbukti ampuh untuk menyembukan kelainan latah ini.
Baca Juga: Dehidrasi Bisa Bikin Miss V Jadi Kering, Wanita Perlu Waspadai Risikonya
Cara terbaik untuk mengurangi reaksinya ialah dengan tidak mengagetkan orang yang memiliki gangguan latah.
Sebab latah biasanya akan menurun keparahannya seiring dengan pertambahan usia.(*)
Baca Juga: Manajer Uji Klinis Unpad; 'Efektivitas Vaksin Covid-19 Sinovac di Indonesia Belum Diketahui'
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | rarediseases.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar