GridHEALTH.id - Kedatangan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech memang diklaim dapat membantu menurunkan penyebaran virus corona di Indonesia.
Namun sayangnya, di balik optimisme tersebut, vaksin Covid-19 Sinovac dinilai dapat menimbulkan masalah baru.
Baca Juga: Manajer Uji Klinis Unpad; 'Efektivitas Vaksin Covid-19 Sinovac di Indonesia Belum Diketahui'
Hal ini diungkapkan epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono melalui akun resmi Twitter-nya.
"Kedatangan 1,2 juta dosis kandidat vaksin bisa jadi masalah baru yang kian mempersulit penanganan pandemi," tulisnya, pada Senin (7/12/2020).
Baca Juga: Merasa Terinfeksi Covid-19? Segara Lakukan Cara Ini Agar Tak Menularkan pada Orang Lain
Sementara itu, epidemiolog asal Griffith University Dicky Budiman juga menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 belum aman lantaran belum diumumkan tingkat efikasinya (keampuhan).
“Sinovac kan belum ada data awalnya, hasil risetnya yang mengatakan dari sekian jumlah berapa yang diberi plasebo berapa yang disuntik vaksin sehingga efikasinya belum ada. Walapupun belum berakhir uji klinis tahap tiga tapi data awal (efikasi) lebih dari 50 persen itu harus ada."
“Tentu tidak atau belum aman jika dijadikan bagian program vaksinasi Covid saat ini dan harus hati-hati dalam mengeluarkan izin edar darurat,” kata Dicky, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Wajib Konsumsi Makanan Matang Sempurna, Begini Cara Merebus Telur agar Bakterinya Mati
Padahal, dikutip dari Reuters, perusahaan farmasi milik negara Indonesia Bio Farma pada Selasa (8/12/2020) mengatakan, hasil uji klinis menunjukkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovas Biotech tersebut memiliki kemanjuran 97%.
Namun, seorang juru bicara Sinovac mengatakan bahwa perusahaan belum menerima pembacaan kemanjuran dari uji klinis tahap III.
Bahkan, Bambang Heriyanto, Pejabat Bio Farma, mengatakan khasiat saat ini belum bisa ditentukan, dan perlu menunggu data yang lengkap.
Kendati demikian, Bio Farma mengatakan bahwa dari 1.600 relawan yang ada menunjukkan tidak ada efek samping yang serius.
Baca Juga: Hanya Dalam 20 Hari, Jumlah Infeksi Covid-19 di Jerman Turun Hingga 47 Persen Berkat Masker
Terlepas dari itu, epidemiolog Pandu Riono mengungkapkan, vaksin Covid-19 masih akan menjadi masalah baru jika tidak diimbangi dengan tracing, testing, dan treatment yang tepat dari pemerintah.
"Keseriusan memperkuat Tes-Lacak-Isolasi dan 3M masih belum optimal dan semakin terabaikan. Pandemi belum akan terkendali," tuturnya. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Reuters,Twitter |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar