GridHEALTH.id - Masyarakat Indonesia memang kerap kali percaya dengan adanya mitos yang beredar, seperti menelan sperma yang dapat meningkatkan kesuburan.
Melansir laman Daily Mail, para peneliti dari Leiden University Medical Center, Belanda menyebutkan bahwa wanita yang secara teratur memberikan seks oral kepada pasangannya kemungkinan kecil mengalami keguguran berulang.
Hal ini juga melihat bahwa menelan sperma saat hamil diniali sebagai antidepresan.
Penelitian menemukan wanita yang tak sengaja menelan sperma memiliki suasana hati yang lebih baik dan memiliki risiko depresi lebih rendah.
Namun apa jadinya jika ibu hamil yang menelan sperma, apakah dapat menyebabkan masalah kehamilan?
Menurut seorang dokter kandungan, Gina Brown, M.D., ob-gyn dari Baby Center menyatakan bahwa tidak ada bahaya bagi bayi jika ibu hamil menelan sperma.
Kendati demikian, perlu dipastikan bahwa pasangan seksual bukanlah seorang penderita infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Pasalnya, jika pasangan seksual menderita IMS, ada kemungkinan bayi dapat terinfeksi, baik melalui plasenta atau selama persalinan dan melahirkan atau ketika ketuban pecah.
Baca Juga: Dikabarkan 6 Orang Meninggal Dunia, Benarkah Vaksin Covid-19 Pfizer Sebabkan Kemandulan bagi Wanita?
Sementara, ketidaksengajaan menelas sperma saat hamil dapat mengurangi risiko preeklamsia (tekanan darah tinggi saat hamil).
Bahkan, menelan sperma juga dapat membantu kehamilan lebih aman dan berhasil bagi mereka yang tidak subur atau pernah mengalami keguguran karena masalah antibodi yang menghancurkan antigen sperma pasangan.
Manfaat lain air mani bagi ibu hamil adalah mencegah terjadinya morning sickness.
Baca Juga: Jangan Lagi Menutup Hidung Ketika Bersin, Ternyata Bisa Bikin Stroke
Baca Juga: Masuk Urutan 19 Kasus Covid-19 Tertinggi Dunia, Epidemiolog Sebut Indonesia Tidak Terkendali
Meski menelan sperma saat hamil tidak dapat menyebabkan masalah kehamilan, CDC merekomendasikan wanita hamil untuk tidak melakukan aktivitas seksual (seks vaginal dan seks anal) karena dapat memicu adanya kontraksi atau bayi lahir prematur. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | cdc.gov,baby center |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar