Kayak gitu bisa terjadi empat bulan, lima bulan, ada juga yang sembilan bulan, akhirnya anaknya meninggal di dalam kandungan," terang Fairuz A Rafiq.
Fairuz A. Rafiq tidak sendiri. Sebab di masa pandemi Covid-19, kematian janin memang meningkat.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Klinik Bamed, dr. Upik Anggraheni, SpOG, melansir GridHEALTH.id (26 Agustus 2020), menyatakan bahwa ada banyak kematian janin di masa pandemi Covid-19 ini.
"Biasanya kami mungkin menemukan 1 kali (kasus kematian janin) dalam 2 bulan, ini dalam sebulan bisa sampai 5-6 kasus kematian janin," tambahnya.
Upik menyatakan jika penyebab kematian ibu terbanyak dikarenakan terjadinya pendarahan, eklamsia, dan infeksi.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Ditambah lagi terbatasnya akses kontrasepsi, menyebabkan terjadinya peningkatan angka kehamilan yang cukup bermakna.
Baca Juga: Manfaat dan Informasi Hoax Bawang Putih, Menurut WHO Harus Diluruskan
Begitupun perihal kebutuhan memiliki keturunan, juga dianggap suatu kedaruratan karena terkait usia dan keterbatasan waktu.
Prihal kematian janin di dalam kandungan sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal:
1. Usia kurang dari 6 minggu, disebabkan oleh kelainan janin atau kelainan kromosom yang bisa disebabkan karena bawaan dari lahir, seperti proses pembelahannya yang tidak baik, atau kualitas sperma dan sel telur yang kurang baik.
Source | : | YouTube,BKKBN |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar