GridHEALTH.id - Saat usia kehamilan empat bulan, artis Fairuz A. Rafiq harus rela kehilangan buah hatinya yang masih ada di rahimnya.
Sang anak yang masih ada di dalam kandungan meninggal dunia.
Baca Juga: Menteri Kesehatan Jerman: Vaksin Covid-19 Efektif Melawan Strain Virus Baru
Hal itu diketahui publik setelah sang suami, Sony Septian mengunggahnya di akun Instagramnya, @sonnyseptian, pada Kamis (3/9/2020) lalu.
Jadi si jabang bayi meninggal dunia di masa pandemi Covid-19.
Mengenai penyebabnya sendiri, diungkapkannya di acara talkshow.
Pada tayangan YouTube Trans7 Official (17/12/2020), Fairuz A. Rafiq menceritakannya, "Jadi waktu diperiksa detak jantungnya sudah nggak ada, jadi anak gue meninggal dalam kandungan."
Baca Juga: Hanya dengan Menghirup Uap selama 3 Menit, Dokter India Klaim Smebuhkan Ribuan Pasien Covid-19
Padahal sebelum mengetahu anaknya meninggal di rahim, "Jadi awalnya kita lagi happy banget. Pas cek kandungan kita lagi ngevlog gitu. Di dalam ruangannya sambil ngerekam Fairuz gitu. Pas ngerekam dikasih tahu dokter 'Pak, bu maaf sudah nggak ada nyawanya lagi,' Kita langsung kaget, diam seketika, akhirnya syok gitu," terang Sonny Septian.
Penyebab kematian janin yang dialami Fairuz A. Rafiq, "Kayak gitu kalau menurut dokter tidak bisa diprediksi sih. Karena detak jantung kembali lagi ke Allah juga ya. Kalau ternyata kita nggak dikasih ya berarti bukan rezekinya.
Baca Juga: Menjaga Jarak Sosial, Benarkah Melemahkan Sistem Kekebalan? Cek Faktanya
Kayak gitu bisa terjadi empat bulan, lima bulan, ada juga yang sembilan bulan, akhirnya anaknya meninggal di dalam kandungan," terang Fairuz A Rafiq.
Fairuz A. Rafiq tidak sendiri. Sebab di masa pandemi Covid-19, kematian janin memang meningkat.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Klinik Bamed, dr. Upik Anggraheni, SpOG, melansir GridHEALTH.id (26 Agustus 2020), menyatakan bahwa ada banyak kematian janin di masa pandemi Covid-19 ini.
"Biasanya kami mungkin menemukan 1 kali (kasus kematian janin) dalam 2 bulan, ini dalam sebulan bisa sampai 5-6 kasus kematian janin," tambahnya.
Upik menyatakan jika penyebab kematian ibu terbanyak dikarenakan terjadinya pendarahan, eklamsia, dan infeksi.
Baca Juga: Plasma Darah Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Selamatkan 68 Nyawa Pasien Covid-19
Ditambah lagi terbatasnya akses kontrasepsi, menyebabkan terjadinya peningkatan angka kehamilan yang cukup bermakna.
Baca Juga: Manfaat dan Informasi Hoax Bawang Putih, Menurut WHO Harus Diluruskan
Begitupun perihal kebutuhan memiliki keturunan, juga dianggap suatu kedaruratan karena terkait usia dan keterbatasan waktu.
Prihal kematian janin di dalam kandungan sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal:
1. Usia kurang dari 6 minggu, disebabkan oleh kelainan janin atau kelainan kromosom yang bisa disebabkan karena bawaan dari lahir, seperti proses pembelahannya yang tidak baik, atau kualitas sperma dan sel telur yang kurang baik.
2. Usia 6-10 minggu, disebabkan oleh kelainan kromosom, infeksi, kelelahan, atau kontraksi yang menyebabkan pendarahan.
3. Usia lebih dari 10 minggu, disebabkan oleh masalah pada ibu dan kelainan kromosom.
Baca Juga: Toilet Umum Tempat Paling Berisiko Infeksi Covid-19, Tapi Tempat Paling Abai Protokol Kesehatan
Namun Upik mengeaskan, 60% kematian janin dalam kandungan dikarenakan kelainan kromosom.
Terlepas dari itu, Upik menyarankan;
* Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan jika mengalami keluhan parah
Baca Juga: Begini Cara Kopi Mendeteksi Keberadaan Infeksi Virus Corona Pada Tubuh
* Wajib menanyakan apa saja yang harus dilakukan setiap trimester saat melakukan kunjungan ke dokter/bidan
* Wajib memiliki buku catatan kehamilan, dan pastikan minum vitamin.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | YouTube,BKKBN |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar