GridHEALTH.id - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) kembali menyoroti soal penggunaan alat pendeteksi virus corona, GeNose Covid-19.
Diketahui alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mulai digunakan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta pada Sabtu (23/1/2020) kemarin.
Bahkan penggunaan Genose di tempat publik untuk pertama kalinya ini disaksikan langsung oleh sejumlah menteri.
Seperti Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Menanggapi langkah ini, Pandu menyebut bahwa penggunaan GeNose di tempat umum masih bersifat eksperimental sehingga banyak yang harus diperhatikan.
Baca Juga: Universitas Trisakti Perlihatkan Hasil Tes Covid-19 Menggunakan GeNose, Ini Hasilnya
"Penggunaan Genose masih fase eksperimental, bila dipakai luas dalam skrining perlu dibarengi pengumpulan data evaluasi," tulis Pandu pada cuitannya di akun Twitter pribadi @drpriono1, Minggu (24/1/2021).
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab potensi negatif palsu atau false negative dari GeNose masih ada.
Baca Juga: Madinah Jadi Kota Tersehat Dunia, Akankah Pelaksanaan Ibadah Haji 2021 Bakal Terselenggara?
"Bisa terjadi keamanan palsu bila ternyata negatif palsu tinggi, membiarkan terus berlangsung dalam ruang transportasi yang ventilasi terbatas dan abai 3M," tambahnya.
Sebelumnya, GeNose ini diketahui telah resmi mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 24 Desember 2020 lalu.
Selain itu, GeNose juga akan segera diproduksi massal dengan target pada Februari 2021 nanti telah ada 10.000 unit, sehingga bisa melakukan tes pada 1,2 juta orang per hari.
Baca Juga: Era Kesehatan Digital: Memberdayakan Pasien Melalui Layanan Terpadu
Untuk sementara ini BIN dan Kemenristek/BRIN akan mendanai pendistribusian batch pertama, dimana GeNose akan diproduksi 100 unit.
“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan nafas sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” kata Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna dilansir dari Kompas.com (28/12/2020).
Baca Juga: Bintitan Disebabkan Kutu Babi, Membawa Virus Penyebab Demam Berdarah
Berbeda dengan alat deteksi Covid-19 lainnya, GeNose menggunakan embusan napas untuk mendeteksi adanya infeksi virus corona atau tidak.
Dengan menggunakan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence), hasil pemeriksaan GeNose diklaim mampu selesai hanya dalam waktu 80 detik.(*)
Baca Juga: Ini Daftar Makanan yang Harus Dihindari Saat Terinfeksi Covid-19
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar