Dirinya saat di Jakarta menggunakan dua masker sekaligus saat berpergian.
"Pemakaian masker ku selama di jakarta jadi jaaaaauuuhhh lebih tinggi dibanding di jogja," curhat Zaskia Adya Mecca dilansir dari unggahannya pada Rabu (20/01) lalu.
Baca Juga: Jangan Lagi Keseringan Menonton Video Porno, Risikonya Grey Matter Berkurang dan Otak Rusak
Mengenai hal ini, menurut Linsey Marr, pakar penularan virus dan profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech masuk akal.
Sebab banyak masker yang digunakan kebanyakan orang di dunia tidak bisa melindungi penggunanya dengan baik terharap paparan infeksi virus corona.
Baca Juga: Ragam Manfaat Pil KB: Pemberdayaan Perempuan Hingga Cegah Kanker
Marr pun menyebutkan, melansir aarp.org - dulu dikenal dengan nama American Association of Retired, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1958 oleh Dr. Ethel Percy Andrus, kebanyakan masker sekali pakai di pasaran bukanlah masker medis.
Memang bentuk fisiknya layaknya masker medis, tapi bukan. Bahannya terbuat dari polipropilen, kain bukan tenunan yang terbukti secara elektrostatis menolak partikel virus.
"Masker bedah sendiri, yang kini banyak digunakan, tidak bekerja dengan baik karena sangat terbuka di sisi," kata Marr.
Jadi, hemat Marr, "Jika meletakkan masker kain yang pas di atasnya (di depan masker bedah), itu membantu dan mengurangi celah virus masuk.”
Baca Juga: Menteri Singapura: 'Pandemi Covid-19 Baru Berakhir 5 Tahun Lagi'
Source | : | Aarp.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar