Menurut Glaser, tidak perlu mencari jauh-jauh untuk menemukan studi untuk mendukung teori ini.
Beberapa penelitian dia sebelumnya yang dilakukan di Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio menggambarkan berbagai efek dari berbagai jenis stres pada respons manusia terhadap vaksinasi.
Misalnya, sebuah penelitian tentang tanggapan kekebalan mahasiswa kedokteran terhadap vaksin hepatitis B yang sangat efektif menemukan bahwa semua siswa pada akhirnya mengembangkan antibodi.
Tetapi siswa yang lebih stres atau cemas tentang ujian yang bertepatan dengan suntikan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi pelindung.
Baca Juga: Wajar atau Tidak Kontraksi saat Hamil Muda? Yuk Cari Tahu Lebih Lengkap tentang Apa yang Harus Dilakukan
Penelitian laboratorium saya sebelumnya juga menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua — yang dianggap berisiko lebih tinggi mengalami gejala COVID-19 yang parah — terkadang tidak merespons vaksin flu dengan baik.
Dalam sebuah penelitian, hanya 20% orang dewasa yang stres yang berusia 71 atau lebih mengembangkan antibodi setelah suntikan flu.
"Studi tambahan di lab saya menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi mengalami efek samping kelesuan, malaise, dan iritabilitas pasca vaksinasi untuk jangka waktu yang lebih lama daripada orang yang tidak mengalami depresi," jelas Glaser.
Source | : | times of india,wexnermedical.osu.edu |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar