GridHEALTH.id - Bayi lahir pada usia kehamilan 37-40 minggu, sedangkan bayi prematur lahir pada usia kehamilan dibawah 37 minggu.
Karenanya menurut healthychildren.org, bayi prematur berbeda dengan bayi pada umumnya.
Karenanya menyikapi dan merawat bayi prematur pun tidak sama dengan bayi normal.
Dibutuhkan perawatan ekstra untuk bayi prematur.
Sebab bayi prematur sangat kecil dan memiliki berat badan yang rendah.
Jadilah bayi prematur perlu mendapat perawatan intensif dengan dukungan NICU atau neonatal intensive care unit.
Tapi untuk imunisasi, bayi prematur pun perlu memilikinya.
Karenanya bayi prematur pun perlu mendapatkan vaksinasi, seperti yang didapat oleh bayi normal.
dr. Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menjelaskan bagaimana pun juga bayi prematur tetap bisa mendapatkan vaksin yang tepat.
"Jadwal vaksinasi untuk bayi prematur tidak perlu ditunda," ujarnya saat dihubungi Nakita.id Jumat, (05/02/21).
Namun untuk pemberian imunisasi dan vaksinasi Hepatitis B sendiri itu tidak bisa langsung setelah bayi lahir.
Pemberian vaksin Hepatitis B yang pertama dilakukan usai bayi mencapai berat 2.000 gram.
"Khusus untuk pemberian vaksin hepatitis B yang pertama direkomendasikan adalah dengan menunggu bayi memiliki berat badan 2.000 gram," tambahnya.
Berikut rekomendasi jadwal vaksinasi untuk anak terbaru-2020, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk anak usia 0-18 tahun.
1. Hepatitis B
Baca Juga: Kunci Sukses Program Vaksinasi Covid-19 Pemerintah, Penerima Vaksin Harus Happy dan Cukup Istirahat
Pada jadwal imunisasi IDAI tahun 2017, imunisasi Hepatitis B (HB) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sementara, pada jadwal imunisasi terbaru tahun 2020 ini, vaksin HB sebaiknya diberikan segera setelah lahir pada semua bayi sebelum berumur 24 jam.
2. Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV)
IPV dalam jadwal imunisasi 2017, paling sedikit harus diberikan satu kali bersamaan dengan OPV3. Namun pada jadwal imunisasi 2020, bOPV atau IPV selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTP. Jadi, IPV minimal diberikan dua kali sebelum berumur 1 tahun.
3. Bacillus Calmette Guerine (BCG)
Pada jadwal imunisasi 2017, BCG akan optimal jika diberikan di usia 2 bulan. Sedangkan di jadwal imunisasi yang baru, BCG sebaiknya diberikan setelah lahir atau sesegera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan.
4. Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)
DTP dalam jadwal imunisasi yang lama, booster diberikan pada umur 5 tahun. Namun, di jadwal imunisasi terbaru, booster diberikan pada umur 5-7 tahun, atau pada program BIAS kelas 1 sesuai dengan Permenkes No. 12 tahun 2017.
Baca Juga: Bos WHO Umumkan Bagaimana Kendalikan Pandemi Covid-19, Hanya Ada Satu Cara Ampuh Saat Ini
5. Haemophilus Influenzae B (Hib)
Di dalam jadwal imunisasi yang lama, booster Hib diberikan pada umur 15-18 bulan. Sedangkan pada jadwal terbaru, diberikan pada umur 18 bulan bersama DTwP atau DTaP.
6. Pneumokokus
Dalam jadwal imunisasi 2017, jika PCV diberikan pada usia 7-12 bulan, maka diberikan dua kali dengan interval dua bulan. Sementara di usia satu tahun diberikan satu kali. Keduanya juga perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal dua bulan setelah dosis terakhir. Lalu, pada anak usia di atas dua tahun, PCV diberikan cukup satu kali.
Sedangkan dalam jadwal imunisasi 2020, jika PCV belum pernah diberikan pada umur 7-12 bulan, maka berikan PCV dua kali dengan jarak minimal satu bulan. Kemudian, berikan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelumnya.
Jika belum pernah diberikan pada umur 1-2 tahun, berikan PCV dua kali dengan jarak minimal dua bulan, PCV13 diberikan satu kali. Lalu pada Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus Konjugasi Kementerian Kesehatan, PCV diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan.
Baca Juga: Tak Sama dengan Jokowi, Menkes Budi Umumkan Waktu Vaksinasi Massal untuk Masyarakat Indonesia Mundur
7. Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen (RV1) dalam jadwal imunisasi 2020 diberikan dua dosis. Dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu, dosis kedua diberikan dengan interval minimal 4 minggu dan dosis kedua paling lambat 24 minggu.
Kemudian vaksin rotavirus pentavalen (RV5) diberikan dalam tiga dosis, dosis pertama pada umur 6-12 minggu, interval antara dosis 4-10 minggu, dan dosis ketiga diselesaikan maksimal pada umur 32 minggu.
8. Influenza
Pada jadwal imunisasi yang lama, imunisasi influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan. Sedangkan pada jadwal tahun 2020, diberikan mulai umur 6 bulan.
9. Campak dan Rubella
Dalam jadwal imunisasi tahun 2017, pada usia 9 bulan diberikan imunisasi campak. Sedangkan di jadwal terbaru, diberikan vaksin campak rubella atau MR.
10. Japanese Ensefalitis (JE)
Vaksin JE di jadwal imunisasi tahun 2017 diberikan mulai umur 12 bulan. Sedangkan, di jadwal terbaru tahun 2020, vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan.
Baca Juga: Akibat Merokok, Paru-Paru Dokter Tirta Serupa Orang 50 Tahun: 'Kena Covid-19 Auto Mokad'
11. Varisela
Vaksin varisela dalam jadwal imunisasi tahun 2017 diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu dua dosis dengan interval minimum 4 minggu.
Sementara dalam jadwal imunisasi 2020, varisela mulai diberikan pada usia 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Pada umur 13 tahun atau lebih diberikan 2 dosis dengan interval 4 sampai 6 minggu.
12. Hepatitis A
Pada jadwal imunisasi yang lama, hepatitis A diberikan mulai umur 2 tahun, dua kali dengan interval 6-12 bulan. Sedangkan pada jadwal terbaru tahun 2020, diberikan mulai umur 1 tahun dan dosis kedua diberikan setelah 6 bulan sampai 12 bulan kemudian.
Baca Juga: Ciri Kekurangan Vitramin B12 Bisa Dilihat dari Lidah, Glossitis Menyulitkan Saat Makan dan Bicara
13. Dengue
Pada jadwal imunisasi 2017, vaksin dengue diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, 12 bulan. Sementara di jadwal terbaru ditambahkan prasyarat, yakni jika diberikan pada anak umur 9-16 tahun yang pernah dirawat dengan diagnosis dengue dan dikonfirmasi dengan deteksi antigen (rapid dengue test NS-1 atau PCR ELISA), atau IgM antidengue. Bila tidak ada konfirmasi tersebut, maka dilakukan pemeriksaan serologi IgG antidengue untuk membuktikan apakah pernah terinfeksi dengue.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar