GridHEALTH.id - Kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya.
Bahkan menurut data terbaru covid19.go.id, hingga Selasa (9/2/2021), terdapat penambahan kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir sebanyak 8.700 .
Penambahan itu menyebabkan jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 1.174.779 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020 lalu.
Sementara itu, menanggapi kasus Covid-19 yang terus bertambah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tiba-tiba meminta masyarakat untuk tidak panik.
Hal ini dikarenakan akan ada lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.
Bahkan Presiden Joko Widodo pun telah diingatkan akan masalah tersebut.
Menurut Budi peningkatan kasus Covid-19 ini disebabkan karena pihaknya akan meningkatkan tracing dan testing.
"Saya juga sudah ingatkan ke Presiden ini terjadi di India, ini strategi di India, yang akan terjadi nanti jumlah kasus akan naik karena akan lebih banyak yang terlihat," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (9/2/2021).
Meski begitu, dia pun meminta agar masyarakat tidak panik atas adanya peningkatan kasus ini.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Minta Semua RS Prioritaskan Rawat Tenaga Kesehatan Terinfeksi Covid-19
Menurutnya, lebih baik Indonesia mendapatkan data yang sebenarnya, dibandingkan melihat data kasus Covid-19 yang seolah-olah sedikit.
Dia berpendapat dengan data yang benar tersebut maka langkah penanganan akan lebih tepat.
Dia pun meminta bantuan anggota DPR supaya turut meredam kepanikan masyarakat bila memang terjadi lonjakan kasus Covid-19.
"Jadi mohon kalau nanti ternyata naik, tolong dibantu meredam kepanikan karena ini memang cara kita untuk bisa mengidentifikasi secara benar orang yang terkena ada di mana," tuturnya.
Baca Juga: WHO Gagal Identifikasi Sumber Pandemi, Virus Corona Kemungkinan Besar Berasal dari Kelelawar
Menurut Budi, kali ini pun pihaknya akan menggelontorkan anggaran yang lebih besar pada bagian hulu atau pada program diagnostik.
Menurutnya, penanganan Covid-19 dari hulu ini harus ditingkatkan agar beban rumah sakit, tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 bisa lebih berkurang.
"Itulah sebabnya kenapa untuk tahun ini anggaran di sisi hulu yaitu anggaran untuk menangani orang yang sehat, itu lebih besar daripada menangani yang sakit," ujarnya.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 di Negara Ini Disebut Sebabkan Penyimpangan Orientasi Seksual, Pria Menjadi Gay
Budi menjelaskan, masyarakat yang sehat saat ini harus tetap dipertahankan agar tidak jatuh sakit, mengingat bila sudah positif Covid-19 maka biaya yang dibutuhkan akan lebih besar.
Tak hanya itu, penderitaan pasien dan tekanan terhadap tenaga kesehatan pun akan lebih tinggi.
Menurut Budi, salah satu strategi untuk mengatasi Covid-19 ini adalah mengurangi laju penularan.
Salah satu strateginya, melakukan identifikasi, melakukan isolasi, hingga melakukan tracing siapa saja yang terkena Covid-19 secepatnya.
Karena itulah, Kemenkes melakukan testing dan tracing secara agresif.
Dia juga mengasumsikan, akan ada 1,7 juta orang yang terkena Covid-19 tahun ini, setiap orang yang dinyatakan positif akan dilakukan testing pada sekitar 15 orang yang melakukan kontrak erat.
Dengan begitu akan terdapat sekitar 25 juta testing, dimana setiap pemeriksaan akan dikalikan biaya Rp 500.000.
Budi tak menampik bahwa angka ini masih bersifat gelondongan. Kemenkes masih mengambil rata-rata harga pemeriksaan PCR dan swab antigen.
Namun, dia memastikan angka ini masih akan diproses lebih lanjut dengan Kementerian Keuangan dan akan mematangkan rinciannya.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,covid19.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar