GridHEALTH.id - Seiring dengan semakin mewabahnya virus corona (Covid-19) tak sedikit pasien yang terinfeksi mengalami kondisi keparahanan.
Para pasien Covid-19 ini kondisinya semakin rentan tatkala sampai saat ini belum juga ada obat yang pasti ampuh untuk menyembuhkan infeksi penyakit tersebut.
Namun baru-baru ini sebuah penelitian terbaru menunjukan bagaimana ganja ternyata bisa membantu memulihkan kondisi pasien Covid-19 parah.
Penelitian tersebut diketahui dilakukan oleh sebuah tim peneliti di Rabin Medical Center di Beilinson, Israel.
Dilansir dari The Jerusalem Post, diwartakan bahwa dari 11 pasien Covid-19 yang mengalami keparahan, 8 diantaraya bisa pulih usai menerima ekstrak ganja dari para peneliti.
Sementara tiga pasien lainnya meninggal karena penyakit mereka.
Diketahui ekstrak ganja yang digunakan untuk memulihkan kondisi pasien Covid-19 tersebut adalah cannabidiol (CBD oil).
CBD oil merupakan senyawa nonintoksikasi yang diekstrak dari tanaman ganja.
Para peneliti yang dipimpin oleh Dr. Moshe Yeshurun tersebut memutuskan menguji CBD oil pada pasien Covid-19 setelah melihat keberhasilan ekstrak ganja dalam memulihkan infeksi pada pasien yang telah menjalani transplantasi sumsum tulang.
Pasien yang menerima transplantasi sumsum tulang berisiko mengalami komplikasi, jika sel yang ditransplantasikan dari donor mengidentifikasi penerima sebagai benda asing.
Hal itu bisa memicu reaksi yang mengarahkan sel yang disumbangkan untuk menyerang pasien yang menerima transplantasi.
Yeshurun dan timnya menemukan, CBD oil meminimalkan risiko itu.
"Setelah memberikan minyak ganja, kami melihat penurunan tanda-tanda infeksi dan ini pasti mendorong dan memberikan dasar untuk melanjutkan penelitian," kata Dr. Iliya Kagan, Kepala Unit Perawatan Intensif Rabin Medical Center tentang studi terbaru terhadap pasien Covid-19.
Kagan mengatakan, setelah diberikan CBD oil, penurunan kondisi beberapa pasien, yang semuanya dalam kondisi serius, berhenti.
"Meskipun masih terlalu dini untuk menentukan dengan pasti bahwa itu adalah hasil dari ganja," ujar dia, seperti dilansir The Jerusalem Post.
Menurut Kagan, Rabin Medical Center sekarang merekrut pasien Covid-19 untuk berpartisipasi dalam studi yang lebih luas untuk mengeksplorasi efek CBD oil dan apakah itu akan mendukung temuan awal yang optimistis.
Baca Juga: Sah Dijadikan Obat Medis oleh PBB, BNN Masih Sebut Ganja Sebagai Narkoba
Sementara itu jika ditilik dari sisi medis, ganja memang memiliki reputasi yang bermacam-macam dalam dunia kesehatan baik karena manfaatnya maupun bahayannya.
Diketahui tanaman ganja sendiri mengandung lebih dari 500 jenis zat kimia.
Namun terdapat satu komponen utama, yaitu CBD oil, merupakan komponen ganja yang disebut bisa memberikan manfaat untuk kesehatan.
Baca Juga: Sah Dijadikan Obat Medis oleh PBB, BNN Masih Sebut Ganja Sebagai Narkoba
CBD oil telah diuji oleh beberapa penelitian untuk mengetahui seberapa besar dampaknya bagi kesehatan.
Beberapa manfaat yang dapat cukup berhasil dengan penggunaan minyak ini adalah mengobati sindrom epilepsi, skizofrenia, menghentikan kebiasaan merokok, hingga mengatasi gangguan kecemaasan.
Baca Juga: PBB Putuskan Ganja sebagai Tanaman Obat dan Narkotika Tak Berbahaya
Akan tetapi ganja juga sudah terbukti memiliki efek yang membahayakan bagi tubuh.
Melansir laman MedlinePlus.gov, ganja dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka panjang.
Efek jangka pendek akan menyebabkan ganguan kesehatan seperti perasaan yang berubah seperti melihat warna yang lebih cerah, perasaan waktu yang berubah, perubahan mood, masalah dengan gerakan tubuh, masalah dengan pemikiran, pemecahan masalah, dan memori, serta nafsu makan meningkat.
Sedangkan efek jangka panjang yang diberikan meliputi masalah pernapasan dan batuk, bahkan masalah dengan perkembangan otak.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kontan.co.id,medlineplus.gov |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar