GridHEALTH.id - Virus corona hingga saat ini masih menjadi misteri bagi ilmuan.
Walau sudah ramai program vaksin Covid-19 di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Hal itu masih dalam taraf vaksin darurat.
Untuk diketahui pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang melanda di seluruh dunia, disebabkan oleh sindrom pernapasan akut parah, coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Domain pengikat reseptor dari protein lonjakan yang ada pada amplop virus mengikat enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) manusia, diikuti oleh fusi virus dengan membran sel inang. Demikian laporan bioRxiv - The Preprint Server for Bilogy, dalam tulisan ilmiah dengan judul 'The circulating SARS-CoV-2 spike variant N439K maintains fitness while evading antibody-mediated immunity'.
Protein lonjakan memiliki dua subunit: S1, yang berikatan dengan sel inang, dan S2, yang berperan dalam fusi membran.
Hingga kini strategi sedang dikembangkan untuk memerangi virus yang mirip dengan antibodi manusia, didasarkan pada urutan protein lonjakan strain referensi Wuhan.
Mutasi missense pada virus corona awalnya menular seperti MERS dan SARS-CoV, telah diamati menjadi resisten terhadap antibodi penawar untuk jenis aslinya.
Jadi, mutasi pada SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan strain yang resisten terhadap pengobatan antibodi yang sedang dikembangkan.
Oleh karena itu, diperlukan pemantauan mutasi pada strain SARS-CoV-2 yang beredar untuk mengembangkan terapi yang lebih baik.
Baca Juga: Epidemiolog UI Sebut Mutasi Virus Corona Brasil Mengerikan, Indonesia Harus Waspada
Hasil simulasi dinamika molekuler, mengutip News Medical Life Sciences, yang ditulis oleh Lakshmi Supriya, PhD, dengan judul 'N439K mutation of SARS-CoV-2 may be more infectious and antibody resistant than Wuhan strain', menunjukkan lebih banyak perubahan fleksibilitas pada varian N439K, yang dapat mengakibatkan penataan ulang struktural dalam kompleks SARS-CoV-2 RBD-ACE2, yang mengarah pada ikatan yang lebih kuat.
Selanjutnya, kompleks virus yang bermutasi membentuk lebih banyak ikatan hidrogen daripada kompleks tipe liar.
Energi pengikatan kompleks N439K juga lebih tinggi dibandingkan dengan kompleks tipe liar.
Baca Juga: Pemprov DKI Antisipasi Varian Virus Corona dari Inggris, Angka Kesembuhan Terus Naik
Ini menunjukkan bahwa virus mutan N439K memiliki hubungan yang lebih kuat dengan ACE2 manusia.
Pengikatan yang lebih kuat bisa jadi karena penggantian asparagin dengan lisin membentuk jembatan garam baru di kompleks dengan ACE2 manusia, yang dapat meningkatkan interaksi elektrostatis.
Mengenai hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona N439K.
Ketua Umum IDI Daeng M Faqih mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.
"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021), dilansir dari Kompas.com (15 Maret 2021).
Lebih mengejutkan mengenai Varian N439K, Kemenkes memastikan varian virus corona N439K sudah terdeteksi di Indonesia sejak November 2020.
"Sejak akhir November sudah dilaporkan ada N439K karena semua mutasi harus dilaporkan ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID)," kata Siti Nadia Tarmizi yang juga Jubir Vaksinasi Kemenkes, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (13/3/2021). Namun, Nadia belum dapat memastikan jumlah kasus mutasi virus corona N439K di Indonesia. Ia menyebutkan, mutasi virus corona N439K masih dalam tahap kajian di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).(*)
Baca Juga: Ternyata Sunat Laser Bisa Bikin Alat Kelamin Anak Terbakar, Ini Imbauan Dokter
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,biorxiv.org,News Medical Life Sciences |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar