Pada hari Senin lalu, pemerintah Jerman juga mengatakan akan menangguhkan penggunaannya, dengan regulator vaksin, Institut Paul Ehrlich, menyerukan penyelidikan lebih lanjut.
Otoritas obat-obatan Italia membuat pengumuman serupa pada Senin sore kemarin, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan penggunaan vaksin akan dihentikan sementara menunggu keputusan dari regulator Uni Eropa.
Sedangkan Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias mengatakan pada Senin lalu, bahwa negara itu akan menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Bahkan negara tetangga Indonesia, Thailand juga telah menghentikan penyebaran vaksin yang direncanakan.
Untuk diketahui, langkah untuk menghentikan penggunaannya oleh pejabat Belanda dan Irlandia dilakukan tak lama setelah badan obat-obatan Norwegia mendapat laporan adanya tiga petugas kesehatan yang dirawat di rumah sakit mengalami pendarahan, pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah setelah menerima vaksin Oxford-AstraZeneca.
Karenanya, saat itu Norwegia langsung telah menangguhkan program vaksin Oxford-AstraZeneca.
Melansir Norwegian Institute Public of Health (13 Maret 2021), dalam artikel dengan judul 'Norwegian Medicines Agency notified of blood clots and bleeding in younger people after vaccination with AstraZeneca vaccine', menyebutkan Badan Obat Norwegia telah menerima beberapa laporan kejadian buruk tentang orang-orang muda yang divaksinasi dengan pendarahan di bawah kulit (titik-titik kecil dan / atau bercak biru yang lebih besar) setelah vaksinasi virus corona.
Mereka yang mengalami hal tersebut sebelumnya telah mendapatkan vaksin AstraZeneca.
Gambaran lainnya, korban mengaku, semakin tidak enak badan lebih dari tiga hari setelah vaksinasi, dan melihat bintik biru yang lebih besar atau lebih kecil pada kulit (pendarahan kulit).
Hal itu telah dikonfirmasi ke dokter.
Baca Juga: Kapan Giliran Anak-anak Mendapatkan Vaksin Covid-19? Ini Kata Ahli
Source | : | CNBC,fhi.no |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar