Sebaliknya, pria memiliki lebih banyak testosteron, hormon yang agak meredam atau memperlambat respons yang sama.
Lihat postingan ini di Instagram
Sederhananya, wanita pada umumnya memiliki respons yang lebih kuat terhadap vaksin karena tubuh mereka lebih cepat dan lebih kuat dalam hal mengaktifkan apa yang diperkenalkan oleh vaksin ke dalam tubuh.
“Penyakit menular pada umumnya selalu tentang respons kekebalan dan bukan bug-nya,” kata Dr. Larry Schlesinger, Presiden dan Kepala Eksekutif Texas Biomedical Research Institute di San Antonio.
“Pada wanita, ada respons yang bersemangat dan lebih kuat terhadap banyak vaksin,” katanya kepada Healthline.
Sebenarnya ada banyak ilmu di balik ini. Di masa lalu, kata Schlesinger, respons yang lebih kuat pada wanita telah terlihat dan dipelajari dalam vaksin untuk demam kuning, DPT, influenza, dan penyakit lainnya.
Schlesinger mengatakan estrogen mendorong tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel T, sel reaktor yang melindungi kita, saat vaksin disuntikkan.
Baca Juga: Asam Lambung Rendah Berbahaya Bagi Kesehatan, Ini Cara Mengatasinya
Baca Juga: Kurang Tidur Dapat Menyebabkan Munculnya Penyakit Diabetes Tipe 2
Karena itu, katanya, ia melihat respons yang lebih cepat dan lebih kuat yang dialami banyak wanita. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Mayo Clinic,woman health magazine |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar