GridHEALTH.id - Selama masa kehamilan, volume peredaran darah pada tubuh meningkat.
Jantung perlu memompa lebih cepat untuk mengedarkan darah ekstra, dan ini dapat menyebabkan detak jantung istirahat yang lebih cepat.
Terkadang, pengerahan tenaga ekstra pada jantung dapat menyebabkan jantung berdebar-debar.
Palpitasi jantung biasanya tidak berbahaya. Namun, dalam beberapa kasus, mereka dapat menunjukkan adanya masalah di jantung atau di bagian lain tubuh.
Baca Juga: Bisa Jadi Tanda-tanda Hamil Bermasalah, Begini Cara Mengatasi Jantung Berdebar selama Kehamilan
Dilansir dari hopkinsmedicine.org dalam artikel 'When to Evaluate Heart Palpitations', palpitasi ditandai sebagai kesadaran umum atau yang meningkat akan detak jantung sendiri (apakah itu terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur).
Ibu hamil bisa merasakan sensasi ini di dada atau leher. Berbagai faktor dapat menyebabkan jantung berdebar-debar selama kehamilan. Kebanyakan tidak serius.
Palpitasi adalah gejala dari segala hal mulai dari stres jangka pendek atau jangka panjang hingga berbagai aritmia (detak jantung tidak teratur).
Mereka mungkin merasa mengkhawatirkan, tetapi tidak selalu mencerminkan kondisi jantung yang serius.
Namun, dalam beberapa kasus yang dilansir dari medicalnewstoday.com dalam artikel 'How to stop heart palpitations during pregnancy', penyebab palpitasi memerlukan perawatan medis.
Baca Juga: Sering Rasakan Jantung Berdebar, Benarkah Tanda-tanda Hamil Bermasalah?
Beberapa penyebab jantung berdebar-debar yang tidak berbahaya selama kehamilan meliputi:
- Jantung bereaksi terhadap peningkatan volume darah.
- Stres dan kecemasan.
- Reaksi terhadap makanan atau minuman tertentu, terutama yang mengandung kafein.
- Reaksi terhadap obat flu atau alergi.
Banyak wanita hamil mengalami jantung berdebar-debar.
Mungkin mengganggu, tetapi kebanyakan jantung berdebar tidak berbahaya.
Namun, hal itu dapat terjadi akibat masalah mendasar yang memerlukan perawatan medis.
Wanita hamil yang mengalami jantung berdebar-debar harus melaporkan gejalanya ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Jika gejalanya ringan dan tidak disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, dokter biasanya tidak akan merekomendasikan pengobatan.
Jika gejalanya parah, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengatur detak jantung.
Dokter akan mendiskusikan risikonya pada ibu hamil dan janin sebelum meresepkan obat.
Risikonya lebih tinggi selama trimester pertama, dan dokter kemungkinan tidak akan meresepkan obat saat itu.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | medicalnewstoday.com,hopkinsmedicine.org |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar