GridHEALTH.id - China negara pertama di dunia yang mengalami pandemi Covid-19, dan menjadi negara pertama terbebas dari Covid-19.
Malah disebutkan juga jika China kini menjadi negara yang paling beruntung karena adanya pandemi Global Covid-19.
Baca Juga: Sukses Menciptakan Jenis Kelamin Bayi Ala Dokter Boyke Dian Nugraha, SpoG MARS
Mantan diplomat Singapura Kishore Mahbubani, yang telah lama pro-China, bahkan mengatakan bahwa sistem global akan bergeser ke tatanan "China-sentris".
Sementara Barat harus menerima posisi yang lebih lemah.
China, yang dianggap sebagai negara tercepat di dunia untuk membasmi epidemi, membutuhkan waktu hingga pertengahan Mei 2021 untuk mulai mempercepat vaksinasi bagi manusia.
Mengenai vaksin, China saat ini merupakan salah satu donor dan penyedia bantuan kemanusiaan terbesar di dunia.
Menurut statistik Bridge Consulting (berbasis di Beijing), pada akhir Mei, China telah menjual lebih dari 650 juta dosis dan menyumbangkan lebih dari 17 juta dosis.
Meski jumlahnya cukup mengesankan, apakah kualitas vaksin China terjamin adalah cerita lain.
Efektivitas dua vaksin China yang baru saja dilisensikan WHO untuk mencegah epidemi, Sinovac dan Sinopharm, tidak setinggi Pfizer/BioNTech (AS/Jerman) atau AstraZeneca (Inggris).
Beberapa negara seperti Chili dan Hongaria masih mengalami wabah baru yang serius meskipun telah divaksinasi massal dengan vaksin China.
Baca Juga: Sudah Divaksin Lengkap Namun Tetap Terinfeksi Covid-19, Siap-siap Vaksin Ulang
Brasil atau Filipina bahkan menolak mengimpor vaksin tertentu buatan China karena khawatir kualitasnya buruk.
Tapi dibalik itu semua, Menurut The Telegraph, yang dikutip oleh Intisari-Online (16/6/2021),
formula anti-epidemi China dengan blokade ekstrem secara bertahap kehilangan efektivitasnya terhadap varian virus SARS-CoV-2 yang baru dan lebih berbahaya.
Wal hasil, beberapa daerah seperti provinsi Guangzhou kembali epidemi dan diblokir lagi.
Selain itu, asal muasal wabah Covid-19 masih memusingkan China ketika negara-negara Barat gencar menuntut penyelidikan ulang, meski WHO pada Maret lalu menerbitkan laporan investigasi pertama.
Salah satu teori yang negara-negara ingin WHO selidiki adalah bahwa virus itu bocor dari laboratorium di Institut Virologi Wuhan di provinsi Hubei China, dimana pusat epidemi pertama di dunia.
Baca Juga: Saat Mengalami Diare Cobalah Minum Air Rebusan Daun Salam, Cespleng
China menolak teori ini dan mengambil posisi resmi bahwa virus kemungkinan besar muncul di luar dan kemudian menginfeksi China.
Tapi Mei lalu Presiden AS Joe Biden memerintahkan intelijen mempercepat investigasi dari mana Covid-19 berasal.
Berbagai spekulasi pun muncul, termasuk dugaan bahwa virus corona berasal dari laboratorium di Wuhan, lokasi pertama terdeteksinya wabah.
Teori kebocoran tersebut sempat menyeruak di era pendahulu Biden, Donald Trump.
Namun, banyak yang menganggapnya hanya konspirasi.
Dilansir AFP Selasa (15/6/2021) dan dikutip Intisari-Online (16/6/2021), teori itu kembali mendapatkan perhatian setelah tiga peneliti sakit.
Ketiga ilmuwan itu dilaporkan sakit pada 2019 setelah mengunjungi goa kelelawar yang berlokasi di Provinsi Yunnan.
Sementara itu, sebuah laporan bersama awal tahun ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli China menyimpulkan bahwa "sangat tidak mungkin" bahwa virus lolos dari Institut Virologi Wuhan di kota di pusat wabah Covid.
Penyelidikan itu menghadapi kritik di tengah klaim bahwa para ilmuwan WHO hanya diberi akses terbatas ketika mereka mengunjungi China.
Baca Juga: Lebih Parah dari Covid-19 Biasa, Ini Gejala Infeksi Corona Akibat Varian Delta dari India
Namun, rekaman baru yang diperoleh Sky News Australia yang membuktikan bahwa kelelawar memang disimpan di laboratorium Wuhan.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar