GridHEALTH.id - Percayalah sepanjang pandemi Covid-19 melanda, berita dan informasi hoaks tentang kesehatan, khususnya prihal Covid-19, semakin banyak dan menjadi-jadi.
Berita hoaks prihal Covid-19 tidak hanya banyak ditemui di Indonesia.
Di negara maju, seperti di Inggris pun berita dan informasi hoaks mengenai Covid-19 banyak dan banyak juga yang memercayainya.
Tak terkecuali prihal vaksin Covid-19 yang dengan susah payah, diteliti, dan buat oleh para ilmuan.
Padahal para ilmuan sudah pontang panting bekerja mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk bisa menciptakan vaksin Covid-19, yang tujuannya untuk menyelamatkan umat manusia dari penyakit infeksi Covid-19.
Informasi hoaks prihal vaksin Covid-19 yang begitu besar pengaruhnya di Inggris dan di Indonesia adalah, vaksin Covid-19 bisa membuat seseorang mudah terpapar Covid-19 dan berisiko kematian yang tinggi.
"Fully vaccinated people have a 885% higher chance of death due to Covid-19 than people who are unvaccinated according to official data," seperti yang tertulis pada headline artikel The Daily Expose website pada of a July 3, 2021.
Yang juga mengatakan "draconian restrictions on the lives of the British people."
Baca Juga: 12 Budaya Baru yang Harus Dibiasakan, Bisa Memutus Mata Rantai Infeksi Covid-19
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara bebas, kurang lebih "Orang yang divaksinasi lengkap memiliki peluang kematian akibat Covid-19 885% lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi menurut data resmi."
"Ini adalah pembatasan kejam pada kehidupan orang-orang Inggris."
Artikel tersebut merujuk pada briefing Public Health England (PHE).
Padahal itu adalah sebuah klaim palsu atau menyesatkan vaksin Covid-19 yang telah menyebar di internet.
Mengenai hal ini, Juru bicara PHE James McCreadie mengatakan bahwa data yang tersaji dalam pemberitaan "salah dilaporkan, saya berasumsi dengan sengaja," paparnya, seperti dikutip dari AFF Fact Check (5/8/2021).
"Diperkirakan sebagian besar kasus akan terjadi pada individu yang divaksinasi, hanya karena proporsi populasi yang lebih besar divaksinasi daripada yang tidak divaksinasi," kata McCreadie.
Baca Juga: Hasilnya Memuaskan, Vaksin Merah Putih Juga Diujikan ke Covid-19 Varian Delta
Hal yang sama diutarakan Devon Greyson, seorang Peneliti kesehatan masyarakat, "Klaim dalam pemberitaan itu sepenuhnya salah."
Greyson, yang juga asisten profesor di Fakultas Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat Universitas British Columbia, menjelaskan, "kesalahan fatal pada artikel tersebut dalam perhitungan, kurang penyebut yang tepat."
Pembuat artikel berusaha menghitung tingkat kematian bagi mereka yang menerima suntikan dengan membagi jumlah kematian varian Delta yang divaksinasi, dengan jumlah orang yang diimunisasi yang tertular varian Delta yang sangat menular.
Penyebut yang benar adalah, total populasi Inggris yang divaksinasi -- jumlah yang jauh lebih besar, kata Greyson.
Hal yang sama untuk menghitung tingkat kematian orang yang tidak divaksinasi, penyebutnya adalah jumlah total orang yang tidak divaksinasi.
Greyson menyamakan skenario tersebut dengan mengukur efektivitas pengguna sabuk pengaman di mobil. Misalnya, populasi 1.000, 900 orang memakai sabuk pengaman dan 100 tidak.
Jika tindakan keselamatan tidak melakukan apa-apa, sembilan kali lebih banyak kematian kendaraan bermotor akan terjadi pada kelompok yang mengenakan sabuk pengaman, karena mengandung proporsi populasi yang lebih besar.
Namun, karena sabuk pengaman memang memberikan perlindungan, kelompok orang yang tidak memakainya bertanggung jawab atas lebih dari bagian kematiannya.
Nah, logika yang sama berlaku untuk kelompok yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.
Pada saat varian Delta menjadi jenis virus corona yang dominan di Inggris, mayoritas orang dewasa telah divaksinasi, dan dengan demikian populasinya lebih besar daripada mereka yang tidak divaksinasi.
Baca Juga: 5 Penyakit Infeksi Lansia Paling Umum, Ada yang Bisa Renggut Nyawa
Statistik dalam laporan kesehatan masyarakat "benar-benar hebat" karena menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 bekerja, kata Greyson.
Di Amerika, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Rochelle Walensky mengatakan pada 1 Juli, data awal menunjukkan bahwa 99,5 persen kematian di beberapa negara bagian selama periode enam bulan, termasuk di antara yang tidak divaksinasi.
Karenanya, Valen Johnson, kepala departemen statistik di Texas A&M University, setuju dengan analisis Greyson.
Baca Juga: Peneliti di Inggris Kembangkan Tes PCR yang Lebih Murah dan Cepat
Johnson menekankan bahwa penyebut seharusnya adalah total populasi yang divaksinasi atau tidak divaksinasi, bukan kasus Delta di setiap kategori.
Tapi memang, seseorang yang telah divaksin Covid-19 bisa saja terpapar Covid-19.
Karenanya, melansir lifestyle.bisnis.com (18/8/2021), setelah mendapat vaksin Covid-19, kita tetap wajib mentaati pencegahan infeksi Covid-19 berikut ini;
1. Tetap menggunakan masker
Hal ini penting dikarenakan tingkat capaian vaksinasi masih belum tercapai ke semua orang.
Oleh karena itu, kebersihan masker juga perlu dipertahankan terutama selama ancaman Covid-19.
2. Perhatikan tempat yang dikunjungi dan sejarah penularannya
Kita perlu untuk memperhatikan tempat yang akan dikunjungi.
Sebaiknya mengunjungi tempat yang cenderung aman dengan mempertimbangkan skenario risiko Covid-19.
Contohnya seperti ruangan terbuka akan lebih baik dibandingkan dengan ruangan terutup, terutama dari risiko penyebarannya.
3. Rajin mencuci tangan dan disinfeksi
Hal ini ditekankan sejak pandemi pertama kali menyebar dan paling ampuh dalam melawan virus Covid-19.
Penting untuk mendesinfeksi dan mencuci tangan setiap kali melakukan kontak dengan seseorang, atau mengakses permukaan yang sering disentuh.
Baca Juga: Brain Fog Membuat Seseorang Demensia, Fenomena Long Covid-19, Tenang Ada Solusinya
4. Waspada terhadap penularan melalui udara
Walaupun sudah divaksin Covid-19, jika berada di dalam ruangan, pastikan ruang berventilasi baik dan tidak ada ruang bagi virus untuk berkumpul atau berlama-lama.
Ventilasi yang memadai, masker yang dipasang dengan baik, dan menghindari keramaian adalah cara dapat lakukan untuk menghindari risiko terpapar Covid-19 apapun variannya.
5. Memilih vaksin yang cocok
Jika boleh dan bisa memilih, pilih Vaksin yang berbeda cara kerjanya untuk menawarkan perlindungan pada tingkat yang berbeda, dan beberapa vaksin bisa lebih aman untuk digunakan daripada yang lain jika kita berisiko.
Oleh karena itu jika belum divaksinasi dan dapat memilih, dapat melakukan riset dan memilih vaksin yang lebih protektif, dan cenderung lebih cocok dengan kita.
Studi yang lebih baru juga melihat bagaimana kinerja vaksin yang berbeda dalam mengurangi risiko infeksi.
Untuk kedepannya, suntikan booster mungkin juga tersedia untuk orang-orang yang berisiko atau yang mungkin mengalami gangguan kekebalan.(*)
Baca Juga: Pengobatan Rumahan, Masker Wajah Buatan Sendiri Cocok Untuk Pria
Komentar