Studi tersebut menemukan bahwa orang yang memiliki riwayat TB memiliki tingkat biomarker vitamin D, yang disebut 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) secara signifikan lebih rendah, dalam darah mereka. Fungsi paru-paru membaik pada populasi ini ketika kadar 25(OH)D meningkat.
Para peneliti berteori vitamin D dapat meningkatkan kekebalan bawaan pasien, membantu mereka pulih dari infeksi dan mengatur degradasi jaringan paru-paru.
"Studi ini menunjukkan pasien TB mungkin mendapat manfaat dari menerima terapi vitamin D untuk meningkatkan fungsi paru-paru mereka," kata Choi.
"Vitamin D juga berpotensi sebagai tindakan pencegahan TB. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi dampak vitamin D terhadap kondisi tersebut."
Orang yang sudah mengonsumsi suplemen vitamin D dengan dosis yang direkomendasikan mungkin tidak perlu mengubah rutinitas mereka untuk mendapatkan manfaat vitamin D pada fungsi paru-paru.
Studi ini menemukan manfaat yang dapat diabaikan bagi orang-orang yang kadar biomarker vitamin D-nya melebihi kisaran 16,5-24,9 ng/ml, yang jauh di bawah tingkat yang direkomendasikan The Endocrine Society untuk kesehatan tulang dalam pedomannya.
Studi ini adalah yang pertama untuk memeriksa vitamin D dan fungsi paru-paru pada populasi Asia Timur.
Baca Juga: Wanita Hamil Perlu Hati-hati Mengonsumsi Obat Depresi, Ini Alasannya
Baca Juga: Bekerja Lebih 55 Jam Per Minggu Tingkatkan Risiko Kematian, PBB
Para peneliti mengumpulkan data survei cross-sectional sebagai bagian dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional Korea, 2018-2020.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar