GridHEALTH.id - Belum genap satu bulan satu bulan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan di Indonesia, sudah bermunculan klaster Covid-19 sekolah alias klaster sekolah.
"Sekitar satu bulan selama aktivitas pembelajaran daring, 54 siswa dari SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat dipastikan terpapar COVID-19 pada 11 September," tulis laporan situasi COVID-19 mingguan WHO per 15 September 2021, Kamis (16/09/2021), dilansir bizlaw.id (17/9/2021).
Jadi WHO telah menemukan klaster Covid-19,
* 54 siswa di Padang Panjang, Sumbar, tersebut terpapar COVID-19 sejak diberlakukannya kembali PTM terbatas mulai 4 September 2021.
* 139 siswa dari sebuah institut di Kabupaten Bengkayang, Kalbar, terpapar Covid-19.
Semua siswa/i tersebut diketahui terpapar Covid-19 setelah dilakukan RT PCR.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah melaporkan klaster penyebaran Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dilangsungkan.
Jumeri, Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, dalam diskusi daring di YouTube, Selasa (21/9), mengatakan jumlah itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September.
Klaster penyebaran Covid-19 banyak terjadi di SD sebesar 2,78 persen atau 581 sekolah. Lalu 252 PAUD, SMP sebanyak 241 sekolah.
SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah.
Dari Situs web sekolah.data.kemdikbud.go.id, didapatkan data survei per 22 September 2021 mengenai kalster sekolah.
Berdasarkan data, dari 897 responden sekolah yang mengisi survei tersebut diketahui terdapat 25 klaster.
Dari 25 klaster tersebut, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan klaster PTM terbanyak, yakni 8 klaster.
Sedangkan Jakarta Timur 6 klaster, Jakarta Utara 5 Klaster, Jakarta Selatan 5 klaster dan 1 klaster di Jakarta Pusat.
Sedangkan total pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) yang tercatat positif Covid-19 mencapai 227 kasus.
Sedangkan siswa atau peserta didik yang terpapar Covid-19 dan berstatus positif terhitung 241 kasus.
Se Indonesia, menurut Jumeri, kasus positif mencapai 3.174 orang dari 581 klaster sekolah. Sementara peserta didik yang positif Covid-19 mencapai 6.908 orang.
Jika diperinci;
* Tingkat SMP terdapat 1.502 guru dan 2.220 siswa positif Covid-19.
* Tingkat PAUD, dengan kasus positif tenaga pendidik sebanyak 2.007 orang, dan siswa 953 orang.
* Tingkat SMA mencatat 1.915 guru positif Covid-19 dan siswa sebanyak 794 orang.
* Tingkat SMK 1.594 kasus positif pada guru dan 609 pada siswa.
* SLB, 112 pada guru dan 131 kasus positif pada siswa.
Jumeri menyebut sampai saat ini sebanyak 42 persen sekolah atau sekitar 118 ribu sekolah di wilayah PPKM level 1-3 telah menggelar belajar tatap muka secara terbatas.
"Jadi dari angka itu, 37 persen itu pada seminggu yang lalu, kemudian saat ini masih 42 persen, artinya progresnya sangat lambat," katanya.
Di Jateng, Anggota Komisi E DPRD Jateng Yudi Indras Wiendarto menyoroti sejumlah kasus Covid-19 di tengah pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di Jawa Tengah.
"Pendidikan merupakan hal yang penting. Tapi di saat pandemi seperti ini, perhatikan sektor kesehatan dan ekonomi. Itu juga urgen," kata Yudi kepada wartawan di Ruang Fraksi Gerindra DPRD Jateng, Rabu (22/9/2021), dikutip dari Kompas.com (23/09/2021).
Karenanya dengan adanya klaster sekolah, "Stop dulu PTM, kesiapan sekolah dievaluasi. Kalau memang klaster besar maka PTM di wilayah tersebut hendaknya dihentikan dulu semuanya," jelas Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jateng ini.
Selanjutnya, siswa diminta kembali belajar secara online dan guru atau tenaga pendidik mesti meningkatkan kemampuan guna memberikan materi dengan kreatif.
Yudi khawatir, kasus Covid-19 di Jateng yang sudah mulai landai justru akan terpicu naik kembali dengan PTM di sekolah yang belum siap melaksanakannya.
Untuk itu, sekolah diminta melaksanakan PTM lebih ketat dengan vaksinasi sebagai syarat bagi siswa yang telah memenuhi ketentuan, guru maupun keluarga para siswa.
"Misalnya, siswanya sudah (vaksin), guru sudah, kalau orangtuanya atau kakek nenek yang tinggal serumah belum vaksin kan ya sama saja membahayakan. Hal-hal inilah yang mesti juga dipikirkan," ujar Yudi.(*)
Baca Juga: 3 Cara Efektif Menurunkan Gula Darah Tinggi di Pagi Hari, Tanpa Obat
Source | : | Kompas.com,CNN,bizlaw.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar