GridHEALTH.id - Salah satu penyakit infeksi menular seksual yang mesti diwaspadai adalah sifilis.
Sifilis ini harus diwaspadai karena termauk penyakit yang mengancam jiwa.
Sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan kematian atau masalah kesehatan yang serius, termasuk kebutaan, gangguan kesehatan mental, dan kerusakan pada otak, jantung, mata, dan sistem saraf.
Dijelaskan pada laman mayoclinic.org (25/9/2021), sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum.
Seseorang dapat terkena sifilis ketika melakukan hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, baik itu melalui seks vaginal, anal atau oral.
Bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui anus, vagina, penis, mulut atau kulit yang rusak.
Jika seseorang hamil dan menderita sifilis, mereka dapat menularkannya kepada bayi yang di kandungnya.
Namun sifilis tidak menyebar dengan menyentuh benda-benda seperti dudukan toilet, peralatan makan, dan gagang pintu.
Sementara itu dilansir clevelandclinic.org (13/8/2020), untuk gejala sifilis bervariasi tergantung pada stadium infeksi yang dialami.
Baca Juga: Macam-macam Gejala dan Jenis Penyakit Sifilis, Penyakit Infeksi Kelamin yang Sering Menyerang Pria
Pada fase pertama, mungkin akan muncul chancre (luka kecil tanpa rasa sakit) yang berkembang pada alat kelamin.
Selama fase kedua sifilis, ruam merah muda, bergelombang, kasar muncul di tubuh, biasanya di telapak tangan atau telapak kaki.
Orang yang terinfeksi mungkin juga memiliki gejala seperti flu seperti kelelahan, demam, sakit tenggorokan dan nyeri otot.
Selama tahap pertama dan kedua sifilis, penyakit infeksi ini sangat menular.
Seseorang dapat menyebarkan infeksi jika pasangannya bersentuhan dengan ruam atau chancre saat berhubungan seks.
Meskipun chancre hilang setelah beberapa minggu, infeksi sifilis masih ada di tubuh orang yang terinfeksi sampai mereka diobati.
Karenanya jika seseorang terinfeksi sifilis baiknya segera melakukan pengobatan ke dokter.
Untuk mengobati sifilis, dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobatinya.
Pasien harus menyelesaikan seluruh rangkaian terapi antibiotik bahkan jika chancre atau ruam sudah hilang.
Penting juga untuk menghubungi siapa pun yang pernah berhubungan seks dengan kita dalam dua tahun terakhir dan memberi tahu mereka bahwa mereka harus diuji. Apakah tertular atau tidak.
Baca Juga: Jangan Asal Konsumsi, 7 Penyakit Ini Boleh Diresepkan Antibiotik
Setelah terapi antibiotik, dokter akan menguji darah kita untuk memastikan infeksi sifilis yang dialami sudah hilang atau belum.
Perlu diperhatikan, orang yang sembuh masih bisa kembali tertular sifilis.
Karenanya penyintas sifilis harus mulai menjalankan kehidupan seksual yang aman dan dites secara teratur jika memiliki peningkatan risiko sifilis.
Satu-satunya cara untuk mencegah sifilis adalah dengan menjauhkan diri dari hubungan seks yang berisiko.
Jika kita aktif secara seksual, kita dapat mengurangi risiko terkena infeksi dengan selalu menggunakan kondom atau alat kontrasepsi lainnya saat berhubungan seks.
Penting untuk menggunakan kondom dengan benar untuk menurunkan kemungkinan terkena infeksi.(*)
Baca Juga: Jangan Keseringan Mencukur Habis Bulu Kemaluan, Ini Bahayanya
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Clevelandclinic.org,Mayoclinic.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar