“Ketika seseorang secara alami kebal, seperti mereka terkena COVID, mereka mungkin memiliki lebih banyak antibodi terhadap virus. Ketika Anda benar-benar terkena virus, Anda akan mulai memproduksi antibodi terhadap banyak bagian virus. Jadi, antibodi Anda mungkin lebih baik pada saat itu daripada vaksinasi,” jelas Karl.
Klip lainnya memperlihatkan penuturan Croce soal efektivitas antibodi yang dihasilkan dari vaksin.
Menurutny, di tengah lonjakan infeksi akibat varian Delta yang lebih menular dan berbahaya, sebenarnya kenaikan penularan disebabkan oleh efektivitas vaksin yang berkurang.
“Bukan karena variannya, kebanyakan karena imun. Pada dasarnya antibodi mereka berkurang. Jadi mereka tidak memiliki khasiat 95 persen, lebih seperti 70 persen. Jadi (kalau tidak terserang virus corona), sebenarnya sedang dilindungi oleh respons alami,” jelasnya.
Perlindungan Alami Lebih Baik dari Vaksin?
Baca Juga: Rambut Beruban di Usia Muda, Sederet Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Mengenai perlindungan imunitas alami lebih baik dati vaksin Covid-19, menurut sebuah penelitian besar Israel perlindungan kekebalan alami yang berkembang setelah infeksi SARS-CoV-2 menawarkan lebih banyak perisai terhadap varian Delta dari pandemi coronavirus daripada dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech.
Data yang baru dirilis menunjukkan, melansir science.org (26/8/2021), mereka yang pernah terpapar SARS-CoV-2 jauh lebih kecil kemungkinannya mengembangkan gejala dataui dirawat di rumah sakit karena Covid-19 serius, daripada orang yang tidak pernah terinfeksi, divaksinasi.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang memiliki SARS-CoV-2 sebelumnya dan menerima satu dosis vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer-BioNTech, akan lebih terlindungi dari infeksi ulang daripada mereka yang pernah memiliki virus dan masih belum divaksinasi.
Baca Juga: 5 Cara Mencegah Nefropati Diabetik Alias Penyakit Ginjal Diabetes
Source | : | IDNtimes - Ilmuan,Science.org - ilmuan,CDC - Ilmuan |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar