GridHEALTH.id - Saat program vaksinasi Covid-19 sedang berjalan di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Tetiba saja ada berita mengejutkan dari tiga orang ilmuan dari perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin Covid-19.
Perusahaan tempat ilmuan bekerja bukan perusahaan farmasi sembarangan, tapi perusahaan farmasi besar dan berpengaruh.
Baca Juga: Pengobatan Difteri Perlu Pemberian Antibiotik Hingga Antitoksin
Ilmuan tersebut membeberkan banyak hal yang mengagetkan mengenai vaksin Covid-19.
Keterangan dan cerita dari ilmuan tersebut didapat oleh Project Veritas, kelompok aktivis sayap kanan, merilis video penyamaran yang berfokus pada tiga ilmuwan dari perusahaan produsen vaksin COVID-19 Pfizer.
Salah satu pengakuan kontroversial dari ilmuwan tersebut adalah perusahaan vaksin meraup untung dari pandemik COVID-19.
Ilmuwan senior bernama Chris Croce bahkan mengatakan, “saya bekerja untuk perusahaan jahat. Organisasi kami dijalankan dengan uang COVID,” dikutip dari IDNtimes (6/10/2021).
Masih dari laman yang sama, dikutp, pengakuan kontroversial kedua datang dari Nick Karl, ahli biokimia Pfizer, yang juga ikut mengembangkan vaksin.
Menurutnya antibodi yang diproduksi secara alami jauh lebih banyak dan efektif untuk menangkal virus corona.
Baca Juga: 5 Makanan yang Cegah Penyumbatan Pembuluh Darah, Penyebab Penyakit Jantung
“Ketika seseorang secara alami kebal, seperti mereka terkena COVID, mereka mungkin memiliki lebih banyak antibodi terhadap virus. Ketika Anda benar-benar terkena virus, Anda akan mulai memproduksi antibodi terhadap banyak bagian virus. Jadi, antibodi Anda mungkin lebih baik pada saat itu daripada vaksinasi,” jelas Karl.
Klip lainnya memperlihatkan penuturan Croce soal efektivitas antibodi yang dihasilkan dari vaksin.
Menurutny, di tengah lonjakan infeksi akibat varian Delta yang lebih menular dan berbahaya, sebenarnya kenaikan penularan disebabkan oleh efektivitas vaksin yang berkurang.
“Bukan karena variannya, kebanyakan karena imun. Pada dasarnya antibodi mereka berkurang. Jadi mereka tidak memiliki khasiat 95 persen, lebih seperti 70 persen. Jadi (kalau tidak terserang virus corona), sebenarnya sedang dilindungi oleh respons alami,” jelasnya.
Perlindungan Alami Lebih Baik dari Vaksin?
Baca Juga: Rambut Beruban di Usia Muda, Sederet Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Mengenai perlindungan imunitas alami lebih baik dati vaksin Covid-19, menurut sebuah penelitian besar Israel perlindungan kekebalan alami yang berkembang setelah infeksi SARS-CoV-2 menawarkan lebih banyak perisai terhadap varian Delta dari pandemi coronavirus daripada dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech.
Data yang baru dirilis menunjukkan, melansir science.org (26/8/2021), mereka yang pernah terpapar SARS-CoV-2 jauh lebih kecil kemungkinannya mengembangkan gejala dataui dirawat di rumah sakit karena Covid-19 serius, daripada orang yang tidak pernah terinfeksi, divaksinasi.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang memiliki SARS-CoV-2 sebelumnya dan menerima satu dosis vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer-BioNTech, akan lebih terlindungi dari infeksi ulang daripada mereka yang pernah memiliki virus dan masih belum divaksinasi.
Baca Juga: 5 Cara Mencegah Nefropati Diabetik Alias Penyakit Ginjal Diabetes
Tapi ada sebuah studi, dilansir dari CDC (6/8/2021), tentang infeksi COVID-19 di Kentucky di antara orang-orang yang sebelumnya terinfeksi SAR-CoV-2, menunjukkan fakta individu yang tidak divaksinasi ternyata dua kali lebih mungkin untuk terinfeksi ulang dengan COVID-19 daripada mereka yang divaksinasi penuh setelah terpapar virus.
Data ini lebih lanjut menunjukkan, vaksin COVID-19 menawarkan perlindungan yang lebih baik daripada kekebalan alami saja, dan juga vaksin, bahkan setelah infeksi sebelumnya, membantu mencegah infeksi ulang terjadi.
Karenanya,Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan “Jika Anda pernah menderita COVID-19 sebelumnya, harap tetap divaksinasi.”
“Studi ini menunjukkan Anda dua kali lebih mungkin terinfeksi lagi jika Anda tidak divaksinasi. Mendapatkan vaksin adalah cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang lain di sekitar Anda, terutama karena varian Delta yang lebih menular menyebar ke seluruh negeri,” terangnya lebih jauh, seperti yang dikutip dari Media Statement CDC (6/8/2021).
Baca Juga: 5 Cara Mencegah Nefropati Diabetik Alias Penyakit Ginjal Diabetes
Kenapa? Karena faktanya, studi terhadap ratusan penduduk Kentucky dengan infeksi sebelumnya hingga Juni 2021, menemukan bahwa mereka yang tidak divaksinasi memiliki kemungkinan 2,34 kali infeksi ulang dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi penuh.
Penyintas Covid-19 Sembuh Perlu Vaksin Covid-19?
Temuan ini menunjukkan bahwa di antara orang-orang yang pernah menderita COVID-19 sebelumnya, mendapatkan vaksinasi lengkap, memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi ulang yang mungkin terjadi dikemudian hari.
Selain itu, publikasi kedua dari MMWR menunjukkan vaksin mencegah rawat inap terkait COVID-19 di antara kelompok usia risiko tertinggi.
Baca Juga: Sukses Diet Sirtfood Adele Launcing Single Baru Easy On Me Pada 15 Oktober dengan Penampilan Baru
Seiring meningkatnya kasus, rawat inap, dan kematian, data di MMWR menunjukan bahwa vaksin COVID-19 adalah cara terbaik untuk mencegah COVID-19.
Jadi vaksin COVID-19 tetap aman dan efektif.
Vaksin Covid-19 mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian.
Dilain pihak, melansir science.org (26/8/2021), peneliti telah membandingkan lebih dari 14.000 orang yang memiliki infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi dan masih belum divaksinasi dengan jumlah yang setara dengan orang yang terinfeksi sebelumnya yang menerima satu dosis vaksin Pfizer-BioNTech.
hasilnya, tim peneliti menemukan bahwa kelompok yang tidak divaksinasi dua kali lebih mungkin terinfeksi ulang dibandingkan dengan kelompok yang divaksinasi tunggal.
“Kami terus meremehkan pentingnya kekebalan infeksi alami … terutama ketika [infeksi] baru terjadi,” kata Eric Topol, seorang dokter-ilmuwan di Scripps Research.
“Dan ketika Anda meningkatkannya dengan satu dosis vaksin, Anda membawanya ke tingkat yang tidak mungkin Anda tandingi dengan vaksin mana pun di dunia saat ini,” jelasnya.(*)
Baca Juga: 11 Kesalahan Ini Bisa Membuat Efektivitas Masker Hilang Seketika
Source | : | IDNtimes - Ilmuan,Science.org - ilmuan,CDC - Ilmuan |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar