GridHEALTH.id - Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, menjadi pandemi global, sesak napas menjadi kondisi kesehatan yang sangat mengkawatirkan.
Kini masyarakat awam tak jarang menilai, jika seseorang sesak napas kemungkinan kena Covid-19.
Daripada terkungkung oleh ketakutan prihal tentang sesak napas yang juga bisa terjadi pada orang asma, dan kondisi kesehatan juga fisik lainya, baiknya pahami simak artikel berikut ini, supaya bisa kembali tenang dan berpikir rasional.
Baca Juga: Penyakit Infeksi Akibat Virus, Kenali Gejala Cacar Air Pada Bayi
Ketahuilah sesak napas bisa terjadi karena masalah kesehatan/penyakit, bisa juga karena diluar itu.
Contoh sesak napas bukan karena sakit/penyakit; karena olahraga, karena berada di ketinggian, karena mengenakan pakaian ketat, istirahat penuh dalam waktu lama, pola hidup kurang aktivitas, juga penggunaan masker yang tidak direkomendasikan atau salah.
Sesak napas pengertiannya adalah, kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam bernapas.
Dalam istilah medis, kondisi ini juga dikenal sebagai dyspnea.
Baca Juga: Hasil Studi, Diabetes Tipe 1 Bisa Pengaruhi Kecerdasan Otak Anak
Sesak napas dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang singkat (akut), tapi bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang panjang atau berulang (kronis).
Jika tidak mendapat penanganan tepat, sesak napas dapat mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen dan menimbulkan komplikasi serius.
Bisa juga, sesak napas indikasi atau gejala suatu penyakit, seperti infeksi Covid-19.
Berikut ini adalah 5 pertanyaan prihal sesak napas yang seringkali dikatikan dengan Covid-19 dan membuat khawatir.
1. Seperti apa sesak napas pada COVID-19?
Sesak napas terkait COVID-19 membuat seseorang perlu mengatur napas saat melakukan tugas sederhana seperti bangun, berjalan ke ruangan lain, atau menggunakan kamar mandi.
Selain itu, penderita juga harus berhati-hati karena harus mengambil napas ekstra di tengah kalimat saat berbicara, atau merasa sesak napas selama percakapan normal.
Penting diperhatikan, penderita bisa menjadi hipoksia (tidak mendapatkan cukup oksigen) tanpa menyadarinya, karena mereka belum tentu merasa sesak napas saat istirahat.
Jadi jika merasa sesak napas seperti di atas, periksa dengan oksimeter untuk mengukur dan memantau kadar oksigen darah penderita.
2. Kapan sesak napas terjadi pada COVID-19?
Sesak napas biasanya terjadi seminggu setelah infeksi awal.
Baca Juga: Ada Obat Antihipertensi yang Ditarik, Meningkatkan Risiko Kanker
Ini terkait dengan kasus COVID-19 yang lebih serius dan membutuhkan dukungan rumah sakit.
Bagi yang berobat ke rumah sakit, sesak napasnya cenderung memburuk sebelum membaik.
Semakin tua pasien, semakin lama mengalami sesak napas dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasinya.
Anak-anak yang mengalami sesak napas karena ini bisa berlangsung 2 hingga 5 hari.
Orang dewasa berusia 16-35 tahun rata-rata mengalami sesak napas selama tiga hari, tetapi dapat berlangsung hingga delapan hari.
Mereka yang berusia di atas 35 tahun cenderung mengalami sesak napas selama lima hari tetapi dapat memerlukan waktu 12-13 hari agar gejalanya hilang.
3. Seberapa umum sesak napas pada COVID-19?
Baca Juga: Mengenal USG Transvaginal dan Transrektal, Pemeriksaan untuk Cari Tahu Gangguan Organ Reproduksi
Merasa sesak napas bukanlah gejala umum COVID-19. Ini sedikit lebih umum pada usia 18-65 tahun, dengan 7 dari 20 melaporkan sesak napas dibandingkan dengan sekitar 2 dari 20 anak-anak dan sekitar 5 dari 20 di atas usia 65-an.
Orang yang mengalami sesak napas cenderung memiliki beberapa gejala COVID-19 lainnya, lebih tua dan lebih lemah, dan lebih cenderung kelebihan berat badan dan memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes atau penyakit paru-paru.
Hanya 2 persen orang yang sakit dengan COVID-19 melaporkan sesak napas sebagai satu-satunya gejala mereka.
4. Apa gejala COVID-19 lain yang umum terjadi di samping sesak napas?
Baca Juga: Perawatan Rumahan yang Bisa Dilakukan Orangtua Saat Bayi Alami Cacar Air
Jika mengalami sesak napas yang terkait dengan COVID-19, kemungkinan besar juga akan mengalami lima hingga tujuh gejala lain di sampingnya.
Gejala lain ini dapat mencakup kelelahan, sakit kepala, kehilangan penciuman (anosmia), batuk terus-menerus, nyeri otot yang tidak biasa, dan nyeri dada.
Penting untuk diketahui, ketika dikelompokkan dengan banyak gejala lain, terutama diare dan sakit perut, sesak napas dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk membutuhkan dukungan rumah sakit, terutama pada orang tua atau mereka yang biasanya membutuhkan dukungan, misal penyandang penyakit kronis.
Seseorang harus menghubungi dokter jika Anda memiliki beberapa gejala COVID-19 yang berbeda pada minggu pertama sakit.
Baca Juga: Selain Baik Bagi Kesehatan Tubuh, Apel Juga Berkhasiat untuk Kecantikan Kulit
5. Apa yang harus saya lakukan jika saya sesak napas dan berpikir itu mungkin COVID-19?
Harus mendapatkan bantuan medis segera jika memiliki masalah pernapasan, tiba-tiba bingung, atau bibir atau wajah membiru.
Jika mengalami sesak napas saat melakukan tugas-tugas kecil, beli oksimeter denyut nadi untuk memantau kadar oksigen darah Anda di rumah.
Jika mengalami sesak napas bersamaan dengan gejala COVID-19 lainnya, terutama sakit perut dan diare, harus:
Baca Juga: Makan Banyak Tapi Tetap Kurus, Ternyata 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
* Ikuti pedoman NHS dan isolasi diri di rumah untuk membantu melindungi orang-orang di sekitar dan masyarakat luas.
* Unduh aplikasi ZOE COVID Symptom Study dan catat gejala untuk ditawarkan tes melalui aplikasi.
* Catat juga kesehatan setiap hari di aplikasi, jika belum melakukannya, untuk membantu kami memahami lebih lanjut tentang bagaimana COVID-19 memengaruhi orang dan berkontribusi pada penelitian ilmiah yang menyelamatkan jiwa.(*)
Source | : | Covid.joinzoe |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar