GridHEALTH.id - Banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dengan berbagai alasan, ternyata membuat Indonesia kehilangan tidak sedikit devisa.
Alasan banyaknya masyarakat berobat kesehatan ke luar negeri bisa karena faktor geografi, ekonomi, pelayanan, hingga kepercayaan.
Sebelum pandemi Covid-19, banyak masyarakat Sumatera Barat yang berobat ke luar negeri, khususnya Singapura.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, saat melakukan audiensi dengan seluruh jajaran direksi RSUP Dr. M. Djamil Padang dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada Selasa (6/4/2021).
Tapi saat ini karena situasi pandemi maka mereka harus menggunakan fasyankes dalam negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Baca Juga: Healthy Move, Penyandang Hipertensi Boleh Angkat Beban Namun Ada Syaratnya
Karenanya Wamenkes mendorong agar pandemi COVID-19, menjadi momentum penting untuk meningkatkan kepercayaan masyakat melalui berbagai pengembangan dan inovasi yang membawa pada peningkatan mutu dan profesionalisme di masing-masing Rumah Sakit (RS).
“Kita harus melakukan resiliansi untuk memberikan pelayanan yang maksimal sehingga pasar kesehatan tersebut masuk lagi ke pasar dan industri yang ada di Indonesia,” kata Wamenkes.
Tahukah, akibat banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri, setiap tahun Indonesia kehilangan devisa sebanyak 100 triliun!
Devisa sebanyak itu menurut Wamenkes bukan angka kecil.
Baca Juga: Bisakah Penyakit Diabetes Disembuhkan, Bebas Selamanya dari Penyakit ini?
Bayangkan saja, jika devisa sebanyak itu digunakan untuk membangun pusat-pusat layanan terpadu, peningkatan kualitas SDM Kesehatan serta modernisasi alat kesehatan, maka bukan tidak mungkin pelayanan kesehatan di Tanah Air bisa setara bahkan lebih baik dibandingkan layanan kesehatan di luar negeri.
“Kuncinya cuma satu bahwa aspek pelayanan dan profesionalisme harus ditingkatkan. Jadi kata kunci dari semua itu adalah kepercayaan, supaya masyarakat Indonesia mau berobat ke RS-RS unggulan salah satunya RSUP Dr.M. Djamil Padang,” tutur Wamenkes.
Baca Juga: Tak Hanya Batuk, Ini Gejala TBC Pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Masih menurut Dante, “Di Sumatera Barat total ada 79 RS yang terdiri dari RS vertikal, RSUD, dan RS swasta. Kalau kekuatan ini dibangun secara sinergis oleh Kepala Dinas Kesehatan, maka kepercayaan masyarakat akan kembali lagi,” terangnya.
Dengan komitmen ini, pihaknya percaya bahwa daerah mampu mengembangkan RS unggulan di Indonesia, sehingga pembangunannya tidak hanya terkonsentrasi di ibukota negara.
“Saya percaya bahwa akan ada pusat-pusat unggulan di RS-RS daerah yang kita dukung pengembangannya untuk menjadi yang terbaik di Indonesia. Saya yakin pasti bisa,” ucap Wamenkes.
Think global, do local. Bukan tidak mungkin pasien-pasien dari Jakarta akan berobat kesini kalau ada produk-produk unggulan kesehatan ada di Sumatera Barat.(*)
Baca Juga: Kaya Antioksidan, Ini 5 Khasiat Dahsyat Telur Bebek Untuk Kesehatan
Source | : | Sehatnegeriku - devisa |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar