GridHEALTH.id - Infeksi Covid-19 rupanya bisa menyerang sel endotel otak.
Demikian yang diungkap sebuah Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Neuroscience.
Penelitian itu menyebutkan bahwa gangguan sel endotal inilah yang bertanggungjawab atas gejala neurologis yang selama ini sulit dijelaskan ketika terinfeksi Covid-19.
Mulai dari gejala kehilangan rasa dan/atau penciuman, dan beberapa mengalami apa yang mereka gambarkan sebagai kabut otak.
Baca Juga: Hari Terakhir Oddie Agam Ditemani Alat Bantu Pernapasan, Karena Sakitnya Air Seni Berdarah
Bahkan dalam kondisi yang parah pasien bisa mengalami stroke atau kejang, dan banyak yang mengalami kebingungan.
Sampai saat ini, peneliti hanya memiliki bukti laboraturium dan belum benar-benar menemukan bukti fisik dari virus yang menyerang sel-sel di otak.
Namun, yang membuat para peneliti berasumsi bahwa gejala-gejala tersebut adalah akibat dari peradangan di otak, sebagai respons terhadap infeksi.
Dalam upaya baru ini, para peneliti telah menemukan bukti bahwa virus menyerang sel-sel endotel di lapisan kapiler yang membentuk tanda darah atau otak.
Baca Juga: Hasil Studi, Diabetes Tipe 1 Membuat Volume Otak Anak Jadi Mengecil
Temuan itu disebut sebagai bukti pertama dari efek langsung virus SARS-CoV-2 pada pembuluh darah di otak.
Hasil dari serangan tersebut adalah kematian sel dan penyumbatan aliran darah ke otak.
Pekerjaan itu melibatkan mempelajari sel-sel endotel pembuluh darah otak, sel-sel yang melapisi kapiler di sawar darah/otak, dari orang-orang yang meninggal karena Covid-19.
Para peneliti menemukan bukti sel-sel mati, yang menghasilkan apa yang mereka gambarkan sebagai 'pembuluh hantu' atau kapiler yang tidak dapat dilalui darah, yang menyebabkan kerusakan di otak karena kekurangan oksigen dan glukosa.
Baca Juga: Harga Tes PCR 300 Ribu Untungnya 49 Ribu, Ternyata Segini Harga Modal Tes PCR
Lebih khusus lagi, mereka menemukan bahwa virus dapat memecah protein dalam sel endotel, yang mengakibatkan kematian sel dan penghancuran pembuluh darah, suatu proses yang disebut nekroptosis.
Sebelumnya, dilansir dari News Medical Net, sebuah tinjauan di Tropical Biomedicine merangkum temuan utama tentang seberapa parah infeksi Covid-19 mengganggu aktivitas otak, dan menghasilkan berbagai gangguan neurologis jangka panjang.
Secara keseluruhan, penelitian telah mengkonfirmasi bahwa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi otak secara langsung dan tidak langsung.
Infeksi dapat bervariasi dari ringan sampai berat dengan beberapa gangguan neurologis, termasuk hipoksia, anosmia, dysgeusia, meningitis, ensefalitis, dan kejang.
Baca Juga: Lakukan Hal Ini Agar Ibu dan Janin Tetap Sehat Selama Pandemi Covid-19
Pasien dengan infeksi Covid-19 yang parah berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi neurologis jangka panjang tanpa pengobatan yang efektif yang tersedia saat ini.
“Dengan semakin berkembangnya bukti klinis bahwa implikasi neurologis yang ditunjukkan oleh pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 mungkin bukan kebetulan, praktisi medis didesak untuk lebih rajin menyadari tanda-tanda pertama gejala neurologis yang mungkin merupakan indikasi kuat dari tingkat keparahan penyakit. infeksi,” tulis penelitian itu.
Namun, sejak awal juga bahwa virus banyak ditemukan di banyak sel di luar paru-paru.
Misalnya, mereka telah terdeteksi di sel di rongga hidung dan nasofaring, sel glial, dan neuron di batang otak area yang mengontrol fungsi kardiovaskular dan pernapasan.
Masuk langsung ke otak kemungkinan karena transportasi aksonal melalui rute neurogenik.
Baca Juga: Bekam X Donor Darah, Beda Tindakan dan Manfaat juga Tujuan, Keduanya Baik
SARS-CoV-2 dapat masuk melalui saraf perifer tertentu, seperti serabut saraf penciuman, karena orang yang terinfeksi Covid-19 cenderung melaporkan kehilangan penciuman atau perasa.
Beberapa penelitian menunjukkan batang otak mungkin menjadi tujuan setelah melakukan perjalanan dari rongga hidung.
Misalnya, SARS-CoV-2 ditemukan sangat lazim di daerah ini.
Selain itu, saraf vagus dapat berfungsi sebagai jalur masuk karena mengandung serabut saraf yang mempersarafi bagian rongga hidung dan bagian trakea dan paru-paru.
“Karena indra perasa adalah interaksi gabungan antara sistem penciuman dan trigeminal, jalur penularan SARS-CoV-2 ini dapat menjadi faktor penyebab tingginya jumlah pasien Covid-19 yang menunjukkan gejala anosmia dan dysgeusia,” jelas para peneliti.(*)
Baca Juga: Flavonoid Dalam Propolis Bisa Mencegah atau Menunda Masuknya Covuid-19 ke Dalam Tubuh
Artikel ini telah tayng di TribunWow dengan judul Studi Sebut Covid-19 Bisa Serang Sel Endotel Otak, lalu Apa Dampaknya pada Pasien?
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar