Zat ini biasanya digunakan untuk racun tikus atau ikan.
Saat zat dalam potasium sianida masuk ke dalam tubuh, kemampuan tubuh dalam mengolah oksigen terganggu.
"Potasium sianida memiliki efek ke seluruh tubuh (sistematik), terutama memengaruhi sistem organ yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah," kata CDC dalam lamannya.
Sistem orang yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah antara lain sistem saraf pusat (otak), sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), dan sistem paru-paru.
“Dalam jumlah yang kecil, sianida akan menimbulkan gejala mual, muntah, sakit kepala, pusing, gelisah, napas sesak dan tubuh lemas,” kata Lipur.
Baca Juga: Kenapa Harga Tes RT PCR Kerap Berubah-ubah? Kemenkes Jelaskan Alasannya
Dalam jumlah besar, potasium sianida bakal membuat orang yang mengonsumsinya turun denyut nadinya hingga hilang kesadaran.
“Korban juga bisa kejang, kerusakan paru, gagal napas yang akhirnya akan meninggal. Dosis letalnya 1,5 miligram per kilogram berat badan,” imbuh Lipur.
Zat yang tidak berwarna dan terasa pahit ini dapat memengaruhi tubuh jika seseorang menelan, menghirup, melakukan kontak kulit dengan potasium sianida atau kontak mata.
Efek potasium sianida setelah terpapar tubuh muncul dengan cepat, dalam hitungan detik hingga menit.
Jika tubuh terpapar potasium sianida dalam jumlah banyak, kematian bisa terjadi dalam beberapa menit.(*)
Baca Juga: Kenapa Harga Tes RT PCR Kerap Berubah-ubah? Kemenkes Jelaskan Alasannya
Source | : | Kompas.com,TribunSolo |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar