GridHEALTH.id - Dipenghujung 2021, topik yang hangat dibahas bukan lagi acara tahun baruan, tapi prediksi terjadinya gelombang 3 pandemi Covid-19 di Indonesia.
Tentu kita semua tidak ingin gelombang 3 Covid-19 terjadi di Indoensia, sebab sudah merasakan sendiri bagaimana dahsyatnya gelombang 2 yang terjadi pada Juli 2021.
Semua rumah sakit penuh, tenaga kesehatan kewalahan, tempat pemakaman penuh dan petugas pemakaman pun seolah tiada henti gali dan tutup lubang kuburan di tempat pemakaman korban Covid-19.
Belum lagi terjadi oksigen medis langka dan beberapa obat menjadi langka.
Pemerintah dalam antisipasi gelombang 3 pandemi Covid-19 telah menghapus cuti bersama natal dan tahun baru.
Ini penting, sebab penyebab gelombang 3 terjadi besar kemungkinan dari libur natal dan tahun baru (Nataru).
Baca Juga: Haji Bolot Nge-Yoga di Usia 79 Tahun, Ini Manfaaatnya Bagi Lansia
Ujiannya nanti di Januari 2022, apakah kondisi pandemi Covid-19 akan tetap landai seperti saat ini, atau ada peningkatan.
Jika terjadi peningkatan artinya Indonsia masuk gelombang 3 pandemi Covid-19. Semoga tidak terjadi.
Diungkap Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman yang dilansir dari Kontan.co.id (1/9/2021), menurutnya tren penurunan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia memang menjadi kabar yang baik.
Tetapi di sisi lain, kewaspadaan tetap harus dijaga karena kondisi pandemi di Indonesia tidak bisa diklaim sudah aman.
Apalagi, penurunan kasus Covid-19 acap kali terjadi karena jumlah tes dan telusur yang rendah.
Alhasil, angka positivity rate Covid-19 di tanah air masih terbilang tinggi atau jauh melampaui standar WHO yaitu maksimal 5%.
“Belum ada argumentasi yang meyakinkan bahwa Indonesia benar-benar dalam kondisi yang aman. Kita masih mengalami krisis,” ujar Dicky.
Baca Juga: Tips Berbelanja dan Membuat Makanan Untuk Penyandang Diabetes
Mengenai gelombang 3 Covid-19, jika sampai terjadi maka luar pulau Jawa akan paling banyak berkontribusi dan terdampak.
Menurutnya, daerah mana saja yang akan mengontribusi paling banyak kasus selama gelombang ketiga pandemi Covid-19 adalah luar Jawa.
"Luar Jawa ini hampir samalah, Sumatera, Kalimantan, termasuk Papua, Nusa Tenggara, kecuali Bali. Jawa Bali kan sudah. Tapi harus diingat bahwa Jawa Bali sekalipun daerah perifernya, pedesaan, perkampungan itu akan berpotensi berkontribusi," jelasnya, dikutip dari Merdeka.com (1/10/2021).
Setidaknya, lanjut Dicky, angka kematian meningkat, kalau kesakitan, karena jumlah testing, tracing yang rendah itu membuat tidak terlalu kentara. Sekarang sudah kelihatan angka kematiannya meningkat.
Sedangkan untuk di pulau Jawa, menurut Dicky tidak terlalu.
"Namun, potensinya bisa begini, karena aglomerasi khususnya Jabodetabek karena kapasitas testing, tracing jauh lebih baik dibanding aglomerasi lain, maka bisa terkesan mereka banyak lagi. Tapi sebetulnya karena testingnya dan kecenderungan orang kota untuk datang ke faskes kalau sakit. Beda dengan luar Jawa ataupun perifer, kalau sakit ya di rumah sajalah, enggak dites, pemerintahnya juga kan enggak proaktif."
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Ini Penyebab Nyeri Punggung yang Perlu Diwaspadai
Jikalau memang terjadi gelombang 3 pandemi Covid-19 di Indonesia, untuk aglomerasi jelas sudah siap menghadapinya, secara kemampuan saat ini, ditambah lebih proteksi karena jumlah cakupan vaksinasinya aglomerasi ini jauh lebih banyak daripada luar Jawa dan perifer.
Tapi kalau bicara luar Jawa dan perifer, lanjut Dicky, cenderungnya repot makanya jumlah korbannya bisa banyak.
Karena apa? Bicara luar Jawa dan daerah perifer, kesadaran kesehatannya rendah, kemampuan SDM dan infrastruktur kesehatannya juga lemah.
Ditambah lagi kalau bicara misalnya di luar Jawa beda dengan di aglomerasi kota raya, itu kalau sakit, misalnya penuh rumah sakitnya itu bisa cari rujukan, banyak opsi rumah sakit.
Baca Juga: Obat Alami Daun Sambiloto, Minum Jusnya dan Rasakan 5 Khasiatnya Ini
Sedangkan di luar Jawa apalagi daerah kecil, kalau rumah sakit penuh tidak ada lagi pilihan. Mau dirujuk mana? Rumah sakit hanya satu.
Jadi fasilitas kesehatan yang terbataslah yang menjadi kunci.
"Meskipun gelombang ketiga ini tidak sebesar gelombang kedua, tapi dampaknya bisa lebih mendekati yang kemarin dalam artian korban meninggal, kemudian panik, kurang obat, kurang oksigen, bisa. Karena apa? Karena daerah minim fasilitas kesehatan, menimpa juga daerah secara SDM, secara infrastruktur yang banyak kelemahan, kan di luar Jawa namanya. Ini yang harus diantisipasi," tegas Dicky.(*)
Baca Juga: Aturan Naik Kendaraan Darat Lebih dari 250 Kilometer Harus Tes Covid-19 Akhirnya Dicabut
Source | : | GridHealth.ID,kontan,Merdeka-Gelombang 3 |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar