GridHEALTH.id - Siapa yang bisa membantah jika makanan murah meriah sejuta umat ini enak sekali.
Saking enaknya, makanan murah meriah ini digemari dari berbagai kalangan, mulai dari orang kaya berpendidikan, hingga masyarakat biasa.
Karenanya disadari atau tidak, gorengan kerap kali menjadi menu wajib saat bersantai atau sebagai camilan di kala rapat di kantor.
Walau enak hati-hati, mengonsumsi gorengan harus tahu batas-batasnya.
Terlalu banyak makan gorengan, ingat dalam satu buah gorengan berlimpah minyak jenuh yang berisiko penyakit mematikan.
Apalagi jika gorengan tersebut dibungkus di dalam kertas koran. Wah, ini yang menyeramkan.
Selain kertas kotan tidak higienis, juga kertas koran atau kerta bekas yang digunakan juga memiliki kandungan tinta.
Jika menaruh gorengan yang masih panas di atas kertas, maka tinta akan terserap ke dalam makanan tersebut.
Nah, melansir SajianSedap.com (17/11/2021), jika gorengan yang telah mengandung tinta dari kertas koran atau lainnya kita konsumsi, tahu kah jika kertas koran itu mengandung grafit.
Jika sampai masuk ke dalam tubuh, maka sistem ekskresi akan mengalami gangguan.
Gangguan inilah yang bisa memicu dampak bagi kesehatan ginjal dan paru-paru.
Selain itu, kandungan pelarut kimia yang ada di kertas koran pun bisa terserap pada gorengan yang baru saja di masak.
Kandungan ini sangat buruk bagi pencernaan dan keseimbangan hormon.
Baca Juga: Pedoman Konsumsi Karbohidrat untuk Penyandang Diabetes Agar Gula Darah Tetap Terkendali
Mengonsumsi gorengan yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti ini akan memicu penyakit mengerikan seperti kanker.
Terkait dengan pembungkus makanan, sebenarnya tak cuma koran dan kertas bertinta saja, kertas khusus pembungkus makanan pun berbahaya bagi kesehatan.
Studi yang dipublikasi Journal of Environmental Science & Technology Letters menyatakan, kertas untuk pembungkus burger, nasi, sandwich, dan kentang, lalu kotak ayam goreng, dan kardus pizza mengandung bahan kimia sintetik.
Baca Juga: Jumlah Pasien Wisma Atlet Naik, Satgas Minta Masyarakat Hati-hati
Sementara itu, sejumlah penelitian menemukan kertas pembungkus makanan mengandung bisphenol A (BPA).
Diberitakan WebMD, Kurunthachalam Kannan, seorang ilmuwan riset di New York State Department of Health menjelaskan, kandungan BPA pada kertas pembungkus makanan sangatlah tinggi.
Menurut Kannan, kadar BPA tinggi pada umumnya terdapat dalam kertas pembungkus makanan yang merupakan hasil daur ulang. Bubuk BPA digunakan untuk melapisi kertas supaya lebih tahan terhadap panas.
“Saat BPA masuk ke dalam tubuh, zat tersebut dapat meniru fungsi dan struktur hormon estrogen, sehingga memengaruhi proses dalam tubuh, seperti pertumbuhan, perbaikan sel, perkembangan janin, tingkat energi, dan reproduksi,” katanya.
Harus diingat juga, penelitian yang dipimpin oleh Leah Cahill Department of Nutrition di Harvard School of Public Health dan An Pan dari National University of Singapore, Saw Swee Hock School of Public Health dilansir dari hsph.harvard.edu, mengatakan para peneliti menemukan bahwa seseorang yang mengkonsumsi makanan yang digoreng setidaknya seminggu sekali, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dan penyakit jantung.(*)
Baca Juga: Oligomenorea, Masalah Menstruasi yang Sebabkan Siklus Haid Panjang
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar