Untuk membedakan antara reinfeksi dan repositif/reaktivasi, harus ada pengambilan sampel untuk mengurutkan genome virus.
Sampel berasal dari tes pada kasus positif yang pertama dan kedua. Peneliti mengurutkan kedua sampel itu dan membandingkannya untuk mengetahui apakah ada kesamaan struktur atau varian. Bila berbeda, berarti pasien mengalami reinfeksi Covid-19.
Sebuah penelitian di Nuffield Department of Medicine di University of Oxford, Amerika Serikat, menemukan banyak kasus reinfeksi Covid-19 kemungkinan besar adalah repositif.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Sebabkan Penyakit yang Bisa Dicegah Imunisasi Berisiko Bermunculan Kembali
Sebab, virus corona bisa menyebabkan infeksi dalam waktu lama dan struktur genomenya membuat virus mampu bertahan di dalam tubuh. Virus ini pun bisa tak terdeteksi dalam tes Covid-19 yang ada dan siap untuk menyerang sekali lagi.
Varian Omicron ini selain bisa sebabkan reinfeksi, juga, "ditemukan adanya pengaruh pada penurunan efikasi dari vaksin Covid-19," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan video (28/11/2021).
Tapi kabar baiknya menurut Nadia varian baru Omicron ini yakni masih sensitif terhadap pemeriksaan PCR.
Baca Juga: Cara Perawatan Luka Bakar di Rumah yang Benar dan Tepat, Cukup Lakukan 7 Hal Ini
Source | : | KompasTV-Omicron,Republika-omicron,Primayahospital-omicron |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar