GridHEALTH.id - Sejak Pandemi Covid-19 melanda, masyarakat dunia semakin familiar dengan yang namanya virus.
Bahkan tidak sedikit masyarakat awam yang menjadi pengamat dadakan virus. Mereka selalu mencari tahu informasi terbaru prihal virus.
Salah satu yang sering muncul dalam pemberitaan saat ini, sejak merebaknya varian Omicron, adalah mutasi virus.
Tidak semua orang tahu apa itu mutasi virus.
Untuk diketahui mutasi dalam kajian ilmiah adalah perubahan struktur genetik yang dapat diwariskan.
Pada virus, mutasi bisa terjadi karena kesalahan dalam penyalinan atau pertukaran genom dari virus yang berbeda.
Tujuan dari mutasi pada virus sebetulnya untuk mempertahankan kehidupan dari virus tersebut, meskipun tidak selalu menguntungkan.
Baca Juga: Inilah Cara Dari WHO Supaya Penyebaran Varian Omicron Bisa Dicegah
“Pada Covid-19 mutasi terjadi pada perubahan asam amino yang menyebabkan perubahan struktur virus,” jelas Dr. dr. Farida Juliantina Rachmawati, M.Kes.
”Efeknya antibodi tubuh akan sulit untuk mengenali si mutasi virus ini,” jelasnya saat menjadi pembicara Seminar Online Pengabdian Masyarakat FK UII dengan tema “Mutasi Virus Covid-19 dan Upaya Promotif Penanganan Covid-19” pada Minggu (13/6), yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII).
Untuk virus penyebab penyakit Covid-19, masuk ke dalam kategori Varian of High Consequence.
Gejalanya khas, akan tetapi PCR negatif. “Hal tersebut akan membuat kegagalan diagnosis,” tambahnya.
Sejauh ini di dunia sudah terdapat mutasi sebanyak 54 kasus.
”Mutasi paling banyak di Indonesia adalah B1470 disusul kemudian oleh D614G,” terang dr. Farida.
Kasus mutasi virus terjadi hampir di seluruh belahan dunia.
Baca Juga: Inilah Kelemahan Varian Omicron yang Diungkap Ahli Virulogi Rusia
di Inggris muncul varian baru B.1.1.7 dengan tingkat penularan meningkat 50%.
Varian B.1.351 muncul di Afrika yang membuat antibodi tidak efektif lagi. Malah saat ini muncul varian Omicron yang sedang membuat geger dunia.
“Varian baru yang kini tengah menghebohkan dunia adalah B.1617.1 dan B.1.617.2 terjadi di India menyebabkan penularan 10x lebih cepat,” imbuhnya. Saat ini ditambah varian Omicron.
Cara Ampuh Hadapi Mutasi Virus
Satu hal yang harus kita pahami, mutasi virus lazim ditemui di masa pandemi, seperti pandemi Covid-19 ini.
Pun saat pandemi tingkat infeksi tinggi. Hal ini meningkatkan peluang terjadinya lebih banyak mutasi virus.
Walau demikian, mengutip Covid19.go.id (30/11/2021), kita bisa mencegah mutasi virus dan munculnya varian baru dengan menghambat persebaran virus penyebab COVID-19.
Cara paling ampuhnya adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M serta mengikuti program vaksinasi COVID-19.
Dalam pelaksanaan seminar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII), seperti dilansir dari uii.ac.id, diketahui pelaksanaan vaksin di Indonesia memiliki target sekitar 40 juta penduduk.
“Keberhasilan penanganan Covid-19 ini merupakan komitmen dari banyak aspek. Awal pandemi pemerintah menalokasikan dana sekitar 70 triliun. Diutamakan untuk kesehatan dan ekonomi,” papar Dr.dr. Sunarto, M. Kes, yang juga menjadi pembicara pada kesempatan tersebut.
Melihat perkembangan kasus di Indonesia sejauh ini, pemerintah lebih memprioritaskan ekonomi daripada kesehatan.
Baca Juga: Gejala dan Risiko Varian Omicron Jika Sudah Divaksin Covid-19 Seperti Ini
”Itulah yang membuat penangan pandemi jauh lebih lama,” jelas dr. Sunarto.
Mencontoh DKI Jakarta
Transparasi data pandemi secara nasional, pemerintah dianggap kurang transparasi. Kasus yang besar dikecil-kecilkan.
”Harusnya pemerintah pusat bisa mencontoh dari DKI Jakarta yang selalu transparasi apa adanya,” ungkapnya.
Pelayanan pemerintah Posbindu dan Posyandu selama pandemi mengalami penurunan.
Baca Juga: Kulit Gatal Dialami Penyandang Diabetes, Atasi Dengan Cara Berikut
”Hal tersebut dikarenakan pemerintah lebih banyak mengalokasikan dana untuk pandemi,” tandasnya.
Melihat banyaknya aspek yang terpengaruh oleh pandemi Covid-19, langkah pertama yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah dengan pencegahan.
Mencegah berarti menunda dan mengurangi angka kejadian dari infeksi virus Covid-19.
”Tujuan utamanya adalah untuk mengeliminasi serta meminimalisir risiko kecacatan,” jelasnya.
“Pencegahan primer bisa dilakukan dengan promosi kesehatan dan vaksinasi. Selanjutnya bisa dengan diagnosis dini. ”Tingkat yang paling parah adalah dengan pengobatan,” tutup dr. Sunarto.(*)
Source | : | Covid19.go.id,Uii.ac.id-mutasi |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar