GridHEALTH.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukan mutasi virus Covid-19 varian Omicron ke dalam kategori "variant of concern"
Itu artinya, varian Omicron berpotensi lebih menular, lebih ganas atau lebih bisa menghindari tindakan pencegahan seperti vaksin dan pengobatan.
Meski demikian, masih perlu penelitian lebih lanjut perihal dampak yang ditimbulkan dari mutasi Covid-19 tersebut.
Saat ini para peneliti di berbagai negara memang tengah melakukan studi terkait varian Omicron.
Beragam studi tersebut diketahui mencakup aspek penularan, tingkat keparahan infeksi (termasuk gejala), efektivitas vaksin dan tes diagnostik, serta efektivitas pengobatan.
Terbaru sebuah penelitian menunjukan bahwa varian Omicron kemungkinan besar berasal salah satunya dari virus flu biasa.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Cambridge, perusahaan analitik data yang berbasis di Massachusetts, AS, menyebutkan bahwa varian Omicron memperoleh setidaknya satu dari puluhan mutasinya dengan mengambil potongan materi genetik dari virus lain, seperti virus flu biasa.
Baca Juga: Sperma Pria yang Belum Divaksin Covid-19 Disebut Bakal Berharga di Masa Depan? Cek Fakta Sebenarnya
Soundararajan mengatakan urutan genetik varian Omicron ini tidak muncul dalam versi virus corona sebelumnya, yang disebut SARS-CoV-2.
Tetapi ada di mana-mana di banyak virus lain termasuk virus yang menyebabkan flu biasa, dan juga dalam genom manusia.
Disebutkan juga bahwa varian Omicron membuat dirinya terlihat "lebih manusiawi".
"Dengan memasukkan potongan khusus ini ke dalam dirinya sendiri, Omicron mungkin membuat dirinya terlihat "lebih manusiawi," yang akan membantunya menghindari serangan oleh sistem kekebalan manusia," katanya, dikutip Tribunnews.com dari Reuters, Sabtu (4/12/2021).
Hal ini bisa berarti virus lebih mudah menular, dan kemungkinan hanya menyebabkan penyakit ringan atau tanpa gejala.
Namun para ilmuwan belum mengetahui apakah Omicron lebih menular daripada varian lainnya.
Juga tentang kemungkinan menyebabkan penyakit yang lebih parah atau akan menyalip Delta sebagai varian yang paling mendominasi.
Menurut Soundararajan, perlu beberapa minggu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sementara, sel-sel di paru-paru dan sistem pencernaan dapat menampung SARS-CoV-2 dan virus corona flu biasa secara bersamaan, menurut penelitian sebelumnya.
"Koinfeksi semacam itu memicu terjadinya rekombinasi virus, sebuah proses di mana dua virus berbeda dalam sel inang yang sama berinteraksi sambil membuat salinan dirinya sendiri, menghasilkan salinan baru yang memiliki beberapa materi genetik dari kedua 'orang tuanya'."
"Mutasi baru ini pertama kali dapat terjadi pada orang yang terinfeksi kedua patogen ketika versi SARS-CoV-2 mengambil urutan genetik dari virus lain," kata Soundararajan dan rekannya dalam sebuah penelitian, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
"Urutan genetik yang sama muncul berkali-kali pada salah satu virus corona yang menyebabkan pilek pada manusia dikenal sebagai HCoV-229E dan pada virus human immunodeficiency (HIV) yang menyebabkan AIDS," tambah Soundararajan.
Di sisi lain, Afrika Selatan, tempat Omicron pertama kali diidentifikasi, memiliki tingkat HIV tertinggi di dunia, yang melemahkan sistem kekebalan dan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi virus flu biasa dan patogen lainnya.
"Di bagian dunia itu, ada banyak orang di mana rekombinasi yang menambahkan rangkaian gen yang ada di mana-mana ini ke Omicron mungkin telah terjadi," kata Soundararajan.
"Kami mungkin melewatkan banyak generasi rekombinasi" yang terjadi dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan munculnya Omicron," Soundararajan menambahkan.
Baca Juga: Mengenal Gejala HIV/AIDS Pada Mulut, Begini Cara Memastikannya
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi asal mula mutasi Omicron dan pengaruhnya terhadap fungsi dan transmisibilitas.
Ada hipotesis yang bersaing bahwa varian terbaru mungkin telah menghabiskan beberapa waktu untuk berevolusi dalam inang hewan.
Sementara itu, Soundararajan mengatakan, temuan baru menggarisbawahi pentingnya orang mendapatkan vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini.
"Kita harus memvaksinasi untuk mengurangi kemungkinan orang lain, yang kekebalannya terganggu, akan menghadapi virus SARS-CoV-2," kata Soundararajan.
Karenanya bagi masyarakat yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 baiknya segera vaksinasi.
Penting untuk dipahami bahwa vaksinasi Covid-19 saat ini memang sangat penting.
Dimana penyuntikan vaksin Covid-19 tersebut selain mencegah penularan semakin luas, juga bisa meminimalisir keparahan dari infeksi virus corona.
Dikutip dari nhs.uk (30/3/2021), artikel "Why Vaccination Is Safe and Important" menyebutkan bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.(*)
Baca Juga: Inilah Kelemahan Varian Omicron yang Diungkap Ahli Virulogi Rusia
Source | : | NHS,Tribunnews.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar