GridHEALTH.id - Letusan gunung Semeru menyisakan kabar duka.
Tak hanya banyaknya kerugian materil masyarakat yang luluh lantak diterjang material vulkanik gunung Semeru, banyak juga korban jiwa akibat letusan Semu yang terjadi kemarin (5/12/2021) pada sore hari.
Dari informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Posko Tanggap Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru terus mencatat bertambahnya korban jiwa.
Per hari ini (6/12/2021) pukul 11.10 WIB, diketahui ada penambahan korban meninggal dunia sebanyak 15 orang, 27 orang masih dinyatakan hilang.
Jadi hingga saat ini total korban jiwa yang berhasil didata oleh Posko yakni 5.205 warga terdampak, 27 orang hilang, dan 15 orang meninggal dunia.
Baca Juga: 6 Penyebab Tulang Pipi Sakit Saat Bicara, Salah Satunya Trigemninal Neuralgia
Baca Juga: Makan Minum yang manis Tidak Dilarang Selama Memahami Ilmu Gula Ini
Tim BNPB dan relawan hingga kini masih terus melakukan pencarian dan pertolongan kemungkinan adanya warga yag menjadi korban awan panas letusan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.
Salah satu korban letusan gunung Semeru yang berhasil selamat setelah berlari sejauh 13 Km dari kejarab awan panas yang dikeluarlan gunung Semeru saat meletus adalah nenek Sinten (60 tahun).
Nenek yang selamat tidak sendiri saat berlari menyelematkan diri.
Dirinya berlari menyelamatkan diri bersama cucunya Dewi Novitasari (17 tahun).
Baca Juga: 5 Makanan yang Baik Bagi Penyandang Diabetes, Kurangi Risiko Komplikasi
Menurut mereka saat terjadi erupsi gunung Semeru, saat itu seperti sedang kiamat.
Nenek dan cucu tersebut warga Dusun Curah Kobokan, Desa Sapitarung, Pronojiwo, Lumajang.
Menurut Nenek Sinten, saat erupsi besar gunung Semeru mengeluarkan hujan abu disertai batu.
Batu-batu tersebut menghujani rumah warga dan menghantam genting.
Baca Juga: Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Begitu pun dengan Iurannya, Diganti dengan KRIS
Tak berapa lama terdengar suara gemeruh hebat dari arah gunung Semeru.
Saat panik itu Nenek Sinten langsung gedor kamar cucunya, dan keduanya kemudian menyelamatkan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," kata Sinten di RSUD dr Haryato, Lumajang.
Menurut pengakuan nenek Sinten, saat berlari menjauhi gunung Semer dirinya dan cucunya tetap menolah ke belakang, ke arah gunung Semeru untuk melihat situasi dan kondisi.
Dari kejahuan nenek Sinten melihat gunun Semeru sudah terlihat memuntahkan asap tebal abu-abu ke udara.
Suhu udara langsung berubah panas dan menyengat kulit.
Tidak lama setelah itu, langit berubah gelap dan petir juga menyambar-nyambar.
"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," jelasnya.(*)
Baca Juga: Pasca Semeru Erupsi, Waspada Abu dan Material Vulkanik Berbahaya yang Bisa Sebabkan Kesakitan
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar