Dokter biasanya akan mengupayakan perawatan lebih awal untuk menstimulasi ovulasi. Misalnya dengan konsumsi pil harian yang disebut Clomid (untuk menstimulasi ovulasi).
Jika tidak berhasil, langkah berikutnya adalah menggunakan obat penyubur injeksi, inseminasi, dan terakhir in-vitro fertilization atau bayi tabung.
2. Haid tidak teratur
Jika jadwal mens tidak teratur kita tidak akan tahu kapan atau apakah Moms sedang berovulasi.
"Siklus mens yang datangnya sporadis merupakan indikasi dari suatu kelainan ovulasi yang mendasar, yang membuat pembuahan jadi sulit," papar Dr. Sheeva Talebian, ahli endokrinologi reproduksi di Reproductive Medicine Associates of New York.
Penyebabnya mirip dengan berhentinya siklus menstruasi, sindrom ovarium polikistik, kelainan tiroid, dan hypothalamic amenorrhea (berhentinya mens akibat terlalu banyak olahraga dan kurang makan).
Haid yang tidak teratur juga merupakan tanda berkurangnya cadangan ovarium karena endometriosis atau kegagalan ovarium awal.
Baca Juga: Dosis Obat, Hanya 13% Dari Resep Antibiotik Rawat Jalan yang Tepat, Studi
Baca Juga: 3 Tips Cara Menyuntikkan Insulin dengan Benar Bagi Penyandang Diabetes
3. Perdarahan di sela-sela siklus mens
Seharusnya wanita hanya mengalami perdarahan ketika sedang haid. Namun menurut Dr. Talebian, perdarahan di sela-sela jadwal mens atau setelah berhubungan seks bisa mengindikasikan suatu polip rahim atau fibroid, atau perlukaan pada servik.
Source | : | The Health Site,American Pregnancy Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar