Namun, hubungan itu lebih kuat (lebih dari tiga kali lipat risikonya) pada pasien yang ingat marah atau kesal secara emosional saat juga melakukan aktivitas fisik yang berat.
Para peneliti mengatakan bahwa pemicu emosional dan fisik yang ekstrem dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, mengubah aliran darah melalui pembuluh darah dan mengurangi suplai darah ke jantung.
2. Kekebalan tubuh rendah: Menurut pakar kebugaran Erin McCann, ketika tubuh terkena stres fisik seperti olahraga, ia melepaskan hormon kortisol.
Ini merangsang produksi energi dan meningkatkan daya tahan otot yang mendukung reaksi melawan atau lari.
Kortisol juga bertindak sebagai imunosupresan dan bahkan setelah hanya berolahraga ringan, fungsi kekebalan dapat memakan waktu hingga 72 jam untuk pulih sepenuhnya. Hal ini membuat individu rentan terhadap infeksi virus atau bakteri.
Baca Juga: 5 Mitos Perawatan Kulit Wajah Paling Dipercaya, Padahal Tak Sesuai Fakta
Baca Juga: Penyandang Diabetes Harus Menghindari Buah Manis? Ini Jawaban Dokter
3. Kerusakan pada lutut: Sebuah studi oleh University of California - San Francisco (UCSF) mengatakan bahwa aktivitas fisik tingkat tinggi dapat mempercepat kerusakan tulang rawan lutut di kalangan orang dewasa.(*)
Source | : | American Heart Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar