GridHEALTH.id - Sebagian orang mungkin pernah mengalami keringat dingin.
Saat mengalami keringat dingin, tubuh biasanya akan merasa menggigil.
Kita pun rasanya hanya ingin istirahat di tempat tidur dan enggan melakukan apa-apa.
Ada dua jenis kelenjar keringat, yakni ekrin dan apokrin. Ekrin ditemukan di seluruh tubuh dan membantu mengontrol suhu tubuh, sedangkan apokrin terletak di daerah selangkangan dan ketiak.
Keringat yang dihasilkan oleh kelenjar keringat ekrin sebagian besar adalah air yang membantu mendinginkan tubuh.
Sementara panas terkadang dapat memicu kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini biasanya diaktifkan oleh stres dan perubahan hormonal, itulah sebabnya mereka memainkan peran penting dalam keringat dingin.
Melansir dari Medical News Today, kecemasan dan stres adalah pemicu paling umum untuk respons fight or flight yang menyebabkan keringat dingin.
Situasi dan kondisi lain yang memicu keringat dingin mungkin termasuk:
Baca Juga: 5 Kemungkinan Penyebab Keringat Berlebih Muncul Tiba-tiba, Salah Satunya Hamil
Gangguan kecemasan: Keringat dingin bisa menjadi gejala serangan panik, kecemasan sosial, dan kecemasan umum. Individu yang mengalami keringat dingin beserta peningkatan tingkat kecemasan yang luar biasa, harus menemui spesialis untuk mengeksplorasi pilihan pengobatan.
Nyeri dan syok: Keringat dingin disertai nyeri, sering kali karena kecelakaan atau cedera lainnya, dapat menjadi tanda peningkatan denyut jantung, aliran darah ke organ utama, dan tekanan darah rendah. Perawatan medis segera diperlukan. Syok bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Serangan jantung: Keringat dingin bisa menjadi tanda peringatan serangan jantung. Jika seseorang merasa berkeringat dan lembap, sesak napas, dan mengalami nyeri di dada atau tubuh bagian atas, mereka harus segera mencari perawatan medis.
Hipoksia: Hipoksia adalah istilah teknis untuk kekurangan oksigen yang dapat berkembang ketika area di tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini mungkin disebabkan penyumbatan, cedera, atau paparan racun atau alergen. Ini dapat menyebabkan keringat dingin dan membutuhkan perawatan segera.
Hipoglikemia: Juga dikenal sebagai glukosa darah rendah, hipoglikemia terjadi ketika gula darah seseorang turun di bawah normal. Kondisi ini merupakan risiko khusus bagi penderita diabetes.
Hot flashes, keringat malam, dan menopause: Perubahan kadar hormon terkait menopause dan perimenopause dapat memicu semburan keringat.
Infeksi: Berkeringat bisa menjadi tanda respons tubuh terhadap berbagai infeksi, termasuk TBC dan HIV.
Gejala
Respon fight or flight, yang membantu manusia purba bertahan hidup di dunia yang lebih berbahaya secara fisik, mempersiapkan tubuh untuk berperang dengan musuh atau melarikan diri.
Baca Juga: 4 Cara Alami Mengatasi Gatal Biang Keringat, Salah Satunya Pakai Gandum
Respons fisik yang dipicu oleh respons stres meliputi:
- detak jantung lebih cepat
- pernapasan lebih cepat dan dangkal
- berkurangnya aliran darah ke sistem pencernaan yang menyebabkan lebih sedikit air liur dan mulut kering
- pelepasan endorfin
- pembukaan kelenjar keringat
Keringat dingin berbeda dari keringat biasa karena tidak berkembang sebagai bagian dari respons pendinginan tubuh.
Ini berarti bahwa orang yang mengalami keringat dingin mungkin memiliki kulit yang lembap. Selain itu, terkadang kulit mungkin tampak sangat pucat.
Baca Juga: Pengobatan Rumahan Yang Mudah dan Murah Untuk Mengatasi Keringat Bau
Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul "Alami Keringat Dingin? Kenali 7 Penyebabnya"
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar