GridHEALTH.id - Kasus Covid-19 di Indonesia melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini juga diperparah dengan mulai menyebarnya varian omicron, baik itu dari pelaku perjalanan luar negeri ataupun transmisi lokal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia khususnya Omicron diprediksi akan memuncak pada akhir Februari.
Namun memasuki Maret, kasus Covid-19 ini diharapkan akan mulai melandai.
Airlangga mengatakan meski Omicron akan lebih cepat menyebar, tetapi dari segi bandwidth atau amplitudonya lebih sempit.
"Ini yang tentu kita harapkan puncaknya di bulan Februari dan berharap di bulan Maret akan mulai melandai," ujarnya dilansir dari tribunnews (11/2/2022).
Airlangga menjelaskan, pemerintah dari sisi kesehatan akan terus mendorong kebijakan terkait pembatasan berbagai kegiatan.
"Termasuk, peningkatan PPKM level, terutama di teater perang di Jawa," kata Airlangga.
Karena itu, status PPKM di beberapa kota dinaikkan ke level 3, dan pemerintah akan terus mendorong pembatasan kegiatan hingga berujung terhadap pengurangan penularan kasus baru.
Baca Juga: Jangan Langsung Test PCR Setelah Kontak Erat dengan Pasien Covid-19
"Selain itu, untuk periode kali ini, pemerintah juga melihat faktor terkait dengan ketersediaan rumah sakit dan juga tingkat fatality rate," pungkasnya.
Sementara itu, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Prof. Abdul Kadir menuturkan, peningkatan kasus Covid-19 sangat signifikan akan terjadi dari hari ke hari.
Per Rabu kemarin saja kasus harian Covid-19 mencapai 46.843.
Kemenkes menyebut, kenaikan kasus harian patut diwaspadai dalam 2-3 minggu ke depan.
"Kita akan melihat dua sampai tiga minggu ke depan kemungkinannya akan terjadi peaknya, karena itulah maka tentunya kita semua harus mewaspadai terjadi kemungkinan peningkatan jumlah kasus yang besar," ujarnya.
Ia mengatakan, peningkatan kasus varian Omicron diprediksi 3 sampai 5 kali lipat daripada kasus saat gelombang varian Delta tahun lalu.
Meski demikian, masyarakat perlu mengetahui bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan oleh Omicron ini itu tidak seberat gejala varian Delta, cenderung ringan bahkan tanpa gejala.
"Tentunya kita tetap harus berhati-hati dan waspada meskipun gejalanya ringan tapi itu bisa berbahaya pada orang-orang yang berusia lanjut atau lansia termasuk juga orang-orang yang kebetulan mempunyai penyakit penyerta atau komorbid dan juga pada orang-orang yang belum divaksin dan pada anak-anak," tegas Prof Abdul Kadir.
Karenanya untuk mencegah penyebaran semakin luas, masyarakat diimbau untuk menjalanikan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin.
Baca Juga: Jika Dosis 1 dan 2 Mendapat Sinovac, Untuk Booster Baiknya Vaksin Covid-19 Ini
Diketahui penularan Covid-19 sendiri sampai saat ini sangat sulit diprediksi, saiapa pun dapat tertular.
Menurut laman who.int (9/7/2020), virus Covid-19 dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi, baik yang dihasilkan melalui batuk maupun bersin.
Seseorang juga dapat terinfeksi dari menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh wajah mereka misalnya mata, hidung, mulut.
Dengan menjalankan prokes seperti 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi serta interaksi), risiko penularan tersebut dapat diminimalisir.(*)
Baca Juga: Sudah 3,4 Juta Masyarakat Indonesia Divaksin Booster Covid-19 Sejak 12 Januari 2022
Source | : | Who.int,Tribunnews.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar